Kesempatan sekali dalam dua tahun, Bali berhasil masuk lima besar, menjadi salah satu yang terbaik di Indonesia, dengan mengirimkan duta seninya di tingkat nasional. UKM Kesenian Unud pun ikut terjun langsung menyukseskan hal ini. Tepatnya Oktober tahun lalu, Indonesia melalui KEMENRISTEK DIKTI kembali mengadakan Pekan Seni Mahasiswa Nasional atau yang lebih dikenal dengan PEKSIMIINAS. Ini merupakan ajang dimana seluruh mahasiswa perwakilan dari seluruh Indonesia menunjukkan apresiasi kesenian mereka. Ajang ini khususnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan praktis mahasiswa dalam menumbuhkan apresiasi terhadap seni, baik seni suara,seni pertunjukan, penulisan sastra dan seni rupa. Universitas dari seluruh provinsi di Indonesia mengirimkan duta seni terbaik daerahnya masing-masing.
Bali, as the island which really appreciating art, also joined and sent the best chosen students from the best universities of the island. Bali sent the 31 art ambassadors to join as the contestant for 15 categories of the competition. Fortunately, sending the 31 art ambassadors from Bali was not a waste. Bali got into best five nationally because the art ambassadors got the achievements from 4 categories of the competition. Bali, sebagai pulau yang terkenal sangat mengapresiasi karya seni, tentu ikut meramaikan dan mengirim mahasiswa serta mahasiswi dari universitas terbaiknya. Salah satunya tentu saja Universitas Udayana yang cukup banyak mengirimkan mahasiswa serta mahasiswi terbaiknya. Dalam hal ini UKM Kesenian jelas dilibatkan. Dari 15 kategori lomba, Unud mengirimkan mahasiswa terbaiknya dalam 5 kategori lomba yaitu keroncong putra-putri, pop-putra, monolog, serta vokal grup. Hal itu jelas tidak sia-sia. Selain pengalaman baru, prestasi juga diperoleh oleh Tim Bali.
“Dua tahun lalu saya juga mengikuti Peksiminas namun di cabang lomba pop solo dan berhasil masuk lima besar. Kali ini saya mewakili cabang lomba keroncong putri dan kembali masuk lima besar. Hahaha!”, pungkas Wulan Utami dengan bangga. Wulan sendiri adalah mahasisiwi Fakultas Kedokteran angkatan 2013. Berbeda dengan Kunto Bagaskoro dari Fakultas Pariwisata angkatan 2015 yang baru kali ini mengikuti Peksiminas. Namun, ia berhasil menjadi yang terbaik di cabang lomba yang sama dengan Wulan, tangkai lomba keroncong putra. “Seneng dan bangga banget pastinya!”, begitulah pernyataan mahasiswa yang biasa dipanggil Bagas oleh teman-temannya. Bagas sendiri merasakan tekanan ketika tampil di depan juri namun karena sudah sering mengikuti lomba sejenis, ia bisa menaklukkan kegugupannya dan keluar menjadi juara.
Sedikit berbeda dengan perwakilan tangkai lomba vokal grup yang notabene baru kali ini kembali diikuti oleh BPSMI (Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia) Bali. Enam dari tujuh diantara pesertanya sendiri, termasuk official, uniknya adalah pengurus UKM Kesenian Unud. “Ini kesempatan kami untuk mencoba hal baru yang nantinya bisa kami bagikan kepada teman-teman di UKM.”, kata Dicky Ardiyan Nugroho Putra selaku koordinator Divisi Paduan Suara Mahasiswa Unud. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu persiapan dan sedikitnya anggota yang berani tampil, “Harus ada yang jadi teladan dan menyemangati teman-teman anggota UKM Kesenian yang lain.”, tambahan dari Denisia yang merupakan Ketua UKM Kesenian saat itu yang menjadi ditunjuk menjadi official tangkai lomba vokal grup.
Terlepas dari hal-hal tersebut di atas, menjadi duta seni yang mewakili suatu daerah memang kebanggaan tersendiri, apalagi tentunya di kancah nasional. Namun, hal itu juga menjadi beban dan tidak mudah. Tetapi, jika kita memiliki keyakinan, maka pasti akan ada jalan. Fokus dan konsisten adalah kunci utamanya. Selain itu motivasi dari pihak-pihak terkait jelas diperlukan untuk meraih kesuksesan tersebut.
Bali, as the island which really appreciating art, also joined and sent the best chosen students from the best universities of the island. Bali sent the 31 art ambassadors to join as the contestant for 15 categories of the competition. Fortunately, sending the 31 art ambassadors from Bali was not a waste. Bali got into best five nationally because the art ambassadors got the achievements from 4 categories of the competition. Bali, sebagai pulau yang terkenal sangat mengapresiasi karya seni, tentu ikut meramaikan dan mengirim mahasiswa serta mahasiswi dari universitas terbaiknya. Salah satunya tentu saja Universitas Udayana yang cukup banyak mengirimkan mahasiswa serta mahasiswi terbaiknya. Dalam hal ini UKM Kesenian jelas dilibatkan. Dari 15 kategori lomba, Unud mengirimkan mahasiswa terbaiknya dalam 5 kategori lomba yaitu keroncong putra-putri, pop-putra, monolog, serta vokal grup. Hal itu jelas tidak sia-sia. Selain pengalaman baru, prestasi juga diperoleh oleh Tim Bali.
“Dua tahun lalu saya juga mengikuti Peksiminas namun di cabang lomba pop solo dan berhasil masuk lima besar. Kali ini saya mewakili cabang lomba keroncong putri dan kembali masuk lima besar. Hahaha!”, pungkas Wulan Utami dengan bangga. Wulan sendiri adalah mahasisiwi Fakultas Kedokteran angkatan 2013. Berbeda dengan Kunto Bagaskoro dari Fakultas Pariwisata angkatan 2015 yang baru kali ini mengikuti Peksiminas. Namun, ia berhasil menjadi yang terbaik di cabang lomba yang sama dengan Wulan, tangkai lomba keroncong putra. “Seneng dan bangga banget pastinya!”, begitulah pernyataan mahasiswa yang biasa dipanggil Bagas oleh teman-temannya. Bagas sendiri merasakan tekanan ketika tampil di depan juri namun karena sudah sering mengikuti lomba sejenis, ia bisa menaklukkan kegugupannya dan keluar menjadi juara.
Sedikit berbeda dengan perwakilan tangkai lomba vokal grup yang notabene baru kali ini kembali diikuti oleh BPSMI (Badan Pembina Seni Mahasiswa Indonesia) Bali. Enam dari tujuh diantara pesertanya sendiri, termasuk official, uniknya adalah pengurus UKM Kesenian Unud. “Ini kesempatan kami untuk mencoba hal baru yang nantinya bisa kami bagikan kepada teman-teman di UKM.”, kata Dicky Ardiyan Nugroho Putra selaku koordinator Divisi Paduan Suara Mahasiswa Unud. Hal ini dikarenakan terbatasnya waktu persiapan dan sedikitnya anggota yang berani tampil, “Harus ada yang jadi teladan dan menyemangati teman-teman anggota UKM Kesenian yang lain.”, tambahan dari Denisia yang merupakan Ketua UKM Kesenian saat itu yang menjadi ditunjuk menjadi official tangkai lomba vokal grup.
Terlepas dari hal-hal tersebut di atas, menjadi duta seni yang mewakili suatu daerah memang kebanggaan tersendiri, apalagi tentunya di kancah nasional. Namun, hal itu juga menjadi beban dan tidak mudah. Tetapi, jika kita memiliki keyakinan, maka pasti akan ada jalan. Fokus dan konsisten adalah kunci utamanya. Selain itu motivasi dari pihak-pihak terkait jelas diperlukan untuk meraih kesuksesan tersebut.