Menggelar masa orientasi mahasiswa baru di tengah pandemi ibarat melukis di lembar kosong. Dengan penuh trial and error, metode daring dipilih menimbang kondisi pandemi Covid-19 yang tingkat kasusnya tak kunjung landai. Kebaruan wajah Student Day menjadi momentum transisi masa orientasi mahasiswa baru yang lebih humanis dan memang sudah semestinya.
Sedari pagi di depan Auditorium Widya Sabha, Kampus Unud Bukit, Jimbaran, nampak salah satu panitia Student Day Universitas Udayana mondar-mandir menunggu sesuatu. Ialah Putu (nama samaran -red), yang bertugas menyambut para undangan pada hari-h pelaksanaan Student Day yang berhelat pada 8-9 September 2020. Meski dilaksanakan secara daring, beberapa kegiatan seperti acara pembukaan, tetap dilakukan luring dengan berbagai simbolis kegiatan. “Yang pastinya adalah kesehatan, kalau gak sehat, gak bisa bertugas,” ucap Putu diringi dengan tawa kecil tatkala diwawancarai disela-sela istirahatnya (8/9).
iapa sangka, meski nampak ceria, Putu telah melewati tantangan baru melaksanakan kegiatan kepanitiaan daring yang cukup menguras emosinya. “Dari 4000-an mahasiswa, jujur saja tidak bisa menjangkau semuanya, dan kemarin banget jam 2 pagi masih ada yang nanya, kak saya belum dapat gugus, kak saya belum masuk open chat, jadi meskipun ada platform Ksatria Muda Udayana yang gede saja belum menjangkau penyampaian informasi kepada seluruh mahasiswa baru,” ungkapnya seraya menatap ponsel. Ketersampaian informasi secara utuh kepada mahasiswa baru menjadi kesulitan pelaksanaan Student Day tahun ini bagi dirinya yang bertugas dalam bidang komunikasi. Meski demikian, menurutnya kondisi tersebut justru melahirkan banyak ide dan inovasi baru. “Justru gimana caranya biar acaranya ini tetap esensinya dapat dan berjalan baik tanpa kita harus tatap muka,” jelas Putu.
Menyinggung esensi Student Day, Muhammad Novriansyah, selaku ketua panitia Student Day Universitas Udayana memberi keterangannya. “Pada konsep tahun ini kami benar-benar mengubah segalanya konsep dan kembali ke awal esensi SDU. Jadi SDU bukan sekedar acara tahunan yang formalitas tapi kami memaksimalkan materi-materi untuk mahasiswa baru,” ujarnya saat diwawancarai di depan Auditorium Widya Sabha. Masa orientasi mahasiswa baru di Unud yang kerap terjerat senioritas-junioritas, ditepis dengan prinsip humanis yang menjadi nafas utama Student Day tahun ini. Hal ini bagi Ansyah, pengenalan kampus mesti berpondasi pada akselerasi mahasiswa baru dalam mempersiapkan diri untuk melangkah di dunia perkuliahan. “Sebenarnya bisa saja mahasiswa saling mengenal dengan teman-teman baru, dengan kegiatan kampus. Tetapi saat dihadapkan dengan realita dunia perkuliahan, mungkin tidak sepenuhnya bisa,” ungkapnya.
Momentum Inovasi Student Day
Kreativitas serta inovasi panitia juga menjadi pokok utama acara ini agar berjalan dengan semestinya. Pada kesempatan inilah, panitia belajar untuk melakukan hal-hal baru yang tidak dapat dilakukan di tahun sebelumnya. Salah satu inovasi panitia Student Day Universitas Udayana 2020 yaitu membentuk kegiatan martikulasi.
Kegiatan martikulasi tersusun atas 3 komponen kegiatan, yaitu Temu Pangus oleh Sie Pangus, Mentoring oleh Sie Mentor, serta Capacity Building. Ketiga komponen tersebut bertujuan untuk menyetarakan ilmu secara garis besar guna menghindari terjadinya kesalahan penyampaian informasi. Di tahun sebelumnya, segala aspek mengenai informasi pengenalan kampus dibebankan kepada Sie Pangus, yang mana tingkat miskomunikasi sangat rentan terjadi antara mahasiswa dan Sie Pangus pada saat itu. Khusus pada sesi Mentoring, panitia yang dipilih tidak berasal dari sembarang mahasiswa. Ansyah menegaskan bahwa Sie Mentor menampung orang-orang yang memang andal dan berpengalaman sesuai bidang akademik, organisasi, dan pengabdian. Selain dari mahasiswa, panitia juga turut mengundang pembicara-pembicara cakap pada kegiatan Capacity Building. Fokus utama diadakannya sesi Capacity Building yakni pengembangan soft skills seperti kepercayaan diri, kolaborasi, serta public speaking yang nantinya akan sangat dibutuhkan di bangku perkuliahan.
Meskipun dilaksanakan secara online, Ansyah tidak ingin ada pembeda antara offline dan online. Acara tetap dirangkai semenarik mungkin dengan menghadirkan video-video edukasi agar mahasiswa tidak bosan dengan acara yang monoton. “Kembali lagi ke konsep, kita kembali lagi ke esensi awal, bahwasannya acara ini bukan sekadar acara yang formalitas, ceremonial, euforia mahasiswa baru, tetapi acara ini memang momen mendapatkan materi-materi yang menjadi proses ketika mereka menjadi mahasiswa,” tegas Ansyah.
Kendala Baru hingga ‘yang Terulang’
Putu kembali mengungkap tantangan di balik layar selaku panitia. Putu menilai mahasiswa baru tentunya harus lebih aktif mencari informasi mengenai rangkaian kegiatan. Mengingat segala sesuatu dilakukan secara daring, panitia mengharapkan kesadaran mahasiswa baru agar lebih gencar meminimalisir terjadinya miskomunikasi. Akibat ketidaktanggapan beberapa mahasiswa baru, terdapat satu insiden yang cukup membuatnya geram. “Jadi ada anak pejabat kampus telat daftar SDU, sudah menghubungi koordinator, masalahnya saat itu sudah pembagian gugus dan tidak mungkin kita menambahkan anak ini satu dan merombak semuanya. Akhirnya dia melapor ke orang tuanya,” tutur Putu dengan tatapan serius. Ia pun melanjutkan cerita. “(Orang tua mahasiswa baru tersebut) nge-chat koor, saya ini staff rektor. Minta tolong begitu, dari atas sudah tidak bisa karena sudah penutupan, ikut tahun depan saja. Nah, orang tuanya tidak terima, ketus gitu jawabnya. Koor diancam siapa dekanmu, saya laporkan ke dekanmu,” ujarnya. Ketika dikonfirmasi kepada Ansyah, ia menjawab santai. “Memang setiap tahun ada seperti itu, setiap kali ada orang tua yang menelpon kenapa anak saya tidak bisa ikut SDU sih,” tuturnya. Akhirnya, ia dan juga panitia lainnya sepakat, mereka tetap pada prinsip sistem yang sudah ditetapkan dan memberi pengertian kepada mahasiswa dan orang tuanya.
Perihal kecaman yang diberikan kepada panitia dari pihak yang mengaku bagian dari rektorat, Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan, Prof. Dr. Ir. I Made Sudarma, M. S. menyayangkan insiden tersebut. “Saya belum mendapat adanya laporan seperti itu. Namun, apabila benar terjadi, hal tersebut sangat saya sayangi sekali. Kalau ada orang tua yang mengintimidasi mahasiswa seperti itu,” responnya saat ditemui kala penutupan acara Student Day (9/9).
Terlepas dari kendala tersebut, Ansyah beserta panitia lainnya menjunjung spirit utama Student Day tahun ini yakni inspiratif. “Pada tahun ini kami menekankan konsep ‘how to’. Di masa pandemi ini, diharapkan mahasiswa baru bisa memahami bagaimana sih mahasiswa itu sebagai akademisi, karena sebagai mahasiswa, banyak memiliki tanggung jawab lebih yang istilahnya yang harus mereka pertanggungjawabkan di masyarakat.” Jelas Ansyah.
Reporter: Galuh, Bagus, Via
Penulis: Dela
Penyunting: Nanik