Ida Pedanda Gede Putra Telabah

Nama WalakaDr. Ida Bagus Ngurah Narendra, M.PH, DR.PH
Tempat Tanggal Lahir Griya Telabah, Pemecutan, 28 November 1937
AlamatGriya Telabah, Tegal Lantang.

Riwayat Pendidikan

SR 2 Pemecutan, SMPN Denpasar, SMAN Singaraja, SMAN 2B Surabaya, FK Airlangga, Honolulu School of Public Health, University of Philippines.
Nama DIksaIda Pedanda Gede Putra Telabah
PasanganIda Pedanda Istri Mayun



    Ida Pedanda Gede Putra Telabah (Walaka : Ida Bagus Ngurah Narendra) merupakan salah satu tokoh penting dalam sejarah perkembangan Universitas Udayana. Beliau pernah menjabat sebagai PD 3 di Fakultas Kedokteran. Pada saat menjadi PD 3 di FK tersebut, beliau mendapat tugas untuk mengolah dan menyelesaikan usulan Hymne Udayana. Mendapatkan tugas tersebut, beliau sangat kaget namun juga gembira. Dalam penggarapan hymne tersebut, beliau berdiskusi pula dengan Drs. Sudarminto, R.P Situmeang, M.Si, dan seorang pastur bernama M. Buiru. Lirik lagu hymne yang diusulkan kemudian diperbaiki, dan disesuaikan dengan keadaan Indonesia dengan beragam agama, sehingga terciptalah lirik hymne seperti saat ini. Hymne Udayana pertama kali diperdengarkan pada tanggal 1 April 1966 pada saat pengukuhan Guru Besar I FK yakni Dr. Nuarta di Gedung Fakultas Sastra. Hymne ini diperdengarkan di depan para dekan dan PD 3. 
    Awal mulanya beliau menjadi dosen di FK karena undangan dari Drs. Adnyana Manuaba pada tahun 1962 yang mengundang para sarjana Bali dari seluruh Indonesia untuk menghadiri pertemuan konfrensi pembangunan Bali, pada saat itu sudah ada Fakultas Sastra, namun masih menjadi bagian dari Airlangga, Fakultas Kedokteran mulai disiapkan dengan beliau sebagai salah satu calon dosen dengan status tugas belajar di Airlangga pada bidang Public Health. Pada tahun 1964 beliau pulang ke Bali dan menempati rumah dosen yang masih kosong tanpa properti di timur kompleks kampus sebelah selatan (sekarang Jalan Ida Bagus Oka) 
    Pada tahun 1967, beliau menerima tawaran program “Pertukaran Budaya Timur dan Barat” di Honululu Hawaii. Program ini kurang peminat, sehingga dari Bali hanya beliaulah yang mewakili. Disana beliau bersama peserta lainnya sempat menampilkan Cak “body language” dimana beliau menari tunggal mengelilingi api obor setinggi 1,5 meter di Cennedy Theatre yang disaksikan oleh Drs. A.A. Gede Agung selaku mantan Menlu dan Dubes. Selama di Honolulu beliau mengambil studi S-2 Public Health di Honolulu School of Public Health.  
    Sepulangnya ke Bali, tahun 1970-1971 beliau menjadi PR 3 Unud. Selain itu, beliau mengabdikan diri dalam berbagai kegiatan sosial diluar rutinitas kampusnya. Beliau sangat aktif mengadakan diskusi dan pelayanan di bidang Public Health, beliau aktif dalam pembangunan Puskesmas di beberapa tempat diantaranya Sumerta dan Blahkiuh. Selain itu, kegiatan Kepramukaan merupakan salah satu kegiatan yang aktif ditekuni beliau.Pada tahun 1971 beliau menjadi Kakwarda Bali, pada tahun 1972 beliau menjadi Ketua Perpanitra tingkat ASEAN di Bedugul. Tatkala terjadi gempa di Seririt tahun 1976 beliau turun langsung ke lapangan, termasuk pula menjenguk Pramuka di Negara. Tahun 1977-1982 beliau menjadi anggota MPR-RI. Beliau merupakan tokoh yang gemar organisasi dan olahraga. 
    Tahun 1977 beliau mengikuti kegiatan spiritual yakni ceramah meditasi “transdental meditation” dari Maharsi Mahesyogi di Hotel Indonesia. Setelahnya, beliau bersama istri mulai mengajarkan meditasi di FK. Kegiatan meditasi ini hingga kini masih beliau ajarkan kepada siapapun yang hendak belajar meditasi di Griya. Tahun 1986 beliau tamat S3 dari University of Philippines, College of Public Health di Manila, di tahun tersebut beliau mendapat gelar Guru Besar dari Universitas Udayana. Di tahun 1987 beliau menjadi Sekretaris Jubelium Perak Udayana. Tahun 1989 beliau menjadi Inspektur Wilayah, Kebudayaan dan Perguruan Tinggi di Jakarta.  
Setelah sekian lama aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan pendidikan, beliau kemudian memutuskan untuk mengikuti jalan leluhur, sebab pada saat itu keadaan Griya kosong karena Ida Pedanda di Griya (orang tua beliau) sudah lebar. Beliau kemudian ke Griya Keniten Dawan Kelod guna memohon petunjuk pada Ida Pedanda Gede Made Keniten, setelah melalui proses sebagaimana mestinya beliau kemudian didiksa pada tanggal 11 November 1997 bergelar Ida Pedanda Gede Putra Telabah, dan istrinya bergelar Ida Pedanda Istri Mayun.  
    Kini keseharian beliau berada di Griya Telabah Tegal Lantang, meskipun usia beliau sudah werda, namun beliau masih enerjik dan menunjukan semangat yang tidak kalah dengan orang muda. Beliau berpesan kepada para Mahasiswa agar tetap menjaga nilai Pancasila, Tri Dharma, serta hidup dengan sederhana, jaga nilai Pola Ilmiah Pokok Udayana yakni Kebudayaan.