Teh adalah salah satu minuman favorit masyarakat dan sudah menjadi komoditas unggulan Indonesia. Teh herbal dapat dikonsumsi sebagai minuman sehat yang praktis tanpa mengganggu rutinitas sehari-hari (Sunyoto, 2018). Teh sendiri apabila dikonsumsi dalam dosis yang wajar dapat memberikan dampak positif bagi tubuh. Daun kelor sendiri dapat dimanfaatkan sebagai teh herbal dikarenakan memiliki kandungan antioksidan alami yang efektif (Hamsinah dkk, 2019). Sedangkan, boreh adalah sejenis lulur Bali yang digunakan untuk menghangatkan tubuh. Boreh merupakan salah satu ramuan yang digunakan secara turun-temurun oleh masyarakat Bali. Dalam kepercayaan masyarakat Bali, boreh dikenal sebagai obat tradisional yang digunakan untuk mengurangi nyeri otot, nyeri tulang dan sakit kepala baik yang disebabkan karena kelelahan atau kedinginan, boreh juga digunakan sebagai obat herbal yang dapat menjaga kesehatan. Pemahaman mengenai komposisi, cara meracik, cara penggunaan dan sumber informasi mengenai boreh sangat penting karena akan mempengaruhi khasiat yang ditimbulkan oleh boreh (Hartayu dan Widiasih, 2012).
Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk memberdayakan masyarakat Desa Songan B yang sebagian kelompok sasaran merupakan ibu rumah tangga. Pemberdayaan pemanfaatan tanaman kelor di balik bukit yang berlokasi di Banjar Kendal, Desa Songan B melibatkan kelompok tani daerah setempat. Pemberdayaan ini juga melibatkan kelompok Ibu PKK Desa Songan B untuk membantu pembudidayaan dan pengolahan tanaman kelor secara lebih luas di bawah bukit. Program ini sekaligus menjadi upaya penyelenggaraan Tri Dharma Perguruan tinggi melalui program pengabdian masyarakat. Pemberdayaan ini dilaksanakan dengan dua tahap kegiatan, yaitu tahap budidaya tanaman kelor dan tahap pelatihan pembuatan produk. Tahap budidaya tanaman kelor dilakukan dengan membuat demoplot yang bertujuan untuk peningkatan kapasitas tanaman kelor sebagai penunjang kegiatan berkelanjutan. Selanjutnya, tanaman kelor yang sudah dibudidayakan akan disalurkan ke banjar lainnya untuk dibudidayakan kembali. Budidaya tanaman obat keluarga (TOGA) secara mandiri juga dapat mewujudkan prinsip kemandirian dalam melakukan pengobatan keluarga. Tahap pelatihan dilakukan dengan pembuatan produk teh menggunakan daun kelor dan produk boreh menggunakan kulit batang kelor. Produk teh daun kelor dan boreh kelor ini selanjutnya dapat dijadikan sebagai obat herbal yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Kemudian, produk ini dikembangkan menjadi salah satu usaha dari masyarakat Desa Songan B yang dapat didistribusikan secara luas kepada konsumen sebagai peluang peningkatan ekonomi masyarakat Desa Songan B. Upaya pengelolaan kelor menjadi teh dan boreh merupakan sebuah upaya diversifikasi produk dari tanaman kelor yang biasanya pengolahannya masih terbatas hanya sebagai sayuran dan pakan ternak. Program ini juga menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai pentingnya tanaman Toga bagi kehidupan.
METODE
1. Survei dan koordinasi dengan pihak desa
Kegiatan pemberdayaan ini dimulai pada minggu ke-3 dan ke-4 bulan Juni. Kegiatan diawali dengan melakukan survey lokasi dan berkoordinasi dengan pihak desa terkait kelanjutan program. Pemberdayaan ini ditujukan kepada kelompok Ibu PKK dan kelompok Tani Desa Songan B dengan mengolah tanaman kelor menjadi produk teh dan boreh. Pelaksanaan pelatihan dan pembuatan produk untuk kelompok Ibu PKK berlokasi di Ruang Pertemuan Desa Songan B dan untuk kelompok Tani berlokasi di Posko kelompok tani Banjar Kendal. Selanjutnya kegiatan budidaya tanaman kelor dan TOGA lainnya dilakukan di Banjar Kendal.
2. Menyusun rangkaian kegiatan dan administrasi
Pada minggu ke-1 dan ke-2 bulan Juli dilakukan penyusunan rangkaian kegiatan pendampingan terhadap masyarakat mengenai budidaya dan pengolahan tanaman kelor menjadi teh dan boreh. Kegiatan diawali dengan menyusun materi yang akan diberikan kepada masyarakat yang terlibat, menyusun jadwal kegiatan, serta menentukan perlengkapan dan kelengkapan yang diperlukan. Kemudian, pada minggu ke-3 dan ke-4 di bulan Juli dilakukan persiapan administrasi sebagai penunjang pelaksanaan kegiatan di Desa berkoordinasi dengan Ketua Laboratorium Universitas Udayana terkait prosedur dan kelengkapan untuk melakukan uji produk yang akan diproduksi.
3. Membuat produk untuk uji lab
Pada minggu selanjutnya dilaksanakan kegiatan percobaan pembuatan produk teh daun kelor dan boreh kulit batang kelor. Pembuatan produk ini digunakan sebagai sampel melakukan uji kandungan tanin, fenol, kandungan antioksidan, dan kadar air, pengujian produk dilakukan di laboratorium Universitas Udayana.
4. Pembukaan dan sosialisasi kegiatan
Pada minggu ke-2 di bulan Agustus dilakukan pembukaan kegiatan pemberdayaan secara resmi. Kegiatan diawali dengan sosialisasi kepada kelompok Ibu PKK dan kelompok Tani terkait rangkaian kegiatan. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan sosialisasi mengenai jenis-jenis, manfaat, dan produk olahan dari tanaman obat keluarga (TOGA) yang disampaikan oleh pembicara dari komunitas Association Beyond Morringga Indonesia (ABMI) Bali. Selanjutnya pembukaan kegiatan ditutup dengan penyerahan bibit tanaman kelor sebagai simbolis budidaya tanaman kelor di Desa Songan B. Setelah acara pembukaan selesai, masyarakat mengisi kuesioner yang telah disediakan sebagai penunjang untuk mengetahui perkembangan sebelum dan sesudah kegiatan pemberdayan.
5. Pelatihan pembuatan produk teh dan boreh kelor
Pada minggu ke-3 bulan Agustus, kegiatan dilanjutkan dengan pelatihan proses pembuatan produk teh dan boreh kelor. Pelatihan lebih dahulu diberikan kepada kelompok Ibu PKK yang berlokasi di Ruang Pertemuan Desa Songan B, kemudian pelatihan berikutnya diberikan kepada kelompok Tani Wanita yang berlokasi di Posko Kelompok Tani Banjar Kendal. Kegiatan diawali dengan pembagian brosur tata cara pembuatan produk teh dan boreh, penyampaian seluruh bahan, perlengkapan, dan peralatan yang digunakan, baru kemudian memperlihatkan proses pembuatan produk. Semangat kelompok Ibu PKK dan kelompok Tani Wanita terlihat saat proses pembuatan produk selesai, keduanya aktif bertanya dan berdiskusi untuk lebih memahami tata caranya.
6. Proses pembuatan dan pengenalan produk teh dan boreh di kelompok
Setelah kegiatan pelatihan selesai, selanjutnya pada bulan September dilaksanakan pembuatan produk oleh kelompok Ibu PKK dan kelompok Tani Wanita. Pembuatan produk diawali dengan menyiapkan bahan-bahan dan peralatan yang digunakan. Pembuatan produk teh dan boreh kelor dilakukan sebanyak 3 tahapan, tahap pertama dilakukan dengan membuat produk dan pengenalan desain kemasan yang digunakan agar sesuai dengan keinginan kelompok, tahap kedua dilakukan pembuatan produk oleh kedua kelompok serta tata cara proses pengemasan produk dengan kemasan yang sudah disetujui oleh kelompok, dan tahap ketiga dilakukan pembuatan produk dengan langsung memberikan pelatihan manajemen berupa penentuan harga jual produk teh dan boreh. Setelah produk dihasilkan dan harga jual ditentukan, maka proses berikutnya adalah pengenalan produk secara lebih luas, Kegiatan ini dilakukan secara offline melalui pameran dan kegiatan upacara disekitar desa.
7. Pembuatan demoplot TOGA oleh kelompok Tani
Agenda selanjutnya yaitu pembuatan demoplot TOGA. Kegiatan diawali dengan melakukan survey lahan yang berlokasi di Banjar Kendal dan mengukur luas lahan yang digunakan. Setelah ditentukan, kelompok Tani Pria Banjar Kendal melakukan pembajakan lahan agar memudahkan memasangan alat dan menentukan tata letak TOGA yang akan dibudaya, memasangan jaring sebagai dinding demoplot agar hewan tidak masuk lahan, memasangan paranet untuk mengantisipasi masuknya sinar matahari secara langsung, serta pembibitan tanaman kelor yang dibantu oleh kelompok Tani Wanita. Kemudian kegiatan dilanjutkan dengan pendataan jenis tanaman obat keluarga (TOGA) yang terdapat di Banjar Kendal dan kawasan bawah bukit.
Data tanaman obat keluarga (TOGA) Desa Songan B sebagai berikut :
Berdasarkan data diatas diperoleh 34 jenis tanaman yang dapat tumbuh di Desa Songan B. Namun, dari jennies tanaman tersebut hanya beberapa yang dapat tumbuh di Banjar Kendal. Hal ini dikarenakan suhu udara di kawasan balik bukit lebih tinggi dari kawasan bawah bukit.
PEMBAHASAN
Kegiatan pengabdian masyarakat yang diadakan berhasil menarik antusiasme tinggi dari masyarakat sasaran. Kegiatan ini diikuti secara aktif oleh masyarakat mulai dari acara sosialisasi hingga acara pelatihan pembuatan produk masyarakat menunjukkan antusiasme nya yang sangat tinggi. Selama pelaksanaan kegiatan masyarakat berpartisipasi aktif dengan memberikan pertanyaan kepada mahasiswa, hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat memiliki minat yang tinggi pada kegiatan ini. Sebelum dilaksanakan kegiatan masyarakat, terlebih dahulu dilakukan survey kepada masyarakat desa songan B mengukur tingkat pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan tanaman kelor. Hasil survey menunjukan tingkat pengetahuan masyarakat masih kurang tentang pemanfaatan tanaman kelor, karena sebagian dari masyarakat hanya memanfaatkan tanaman kelor sebagai sayuran dan pakan ternak. Namun, setelah mengikuti kegiatan ini, masyrakat terbuka dengan Dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini masyarakat diberikan sosialisasi mengenai jenis tanaman obat keluarga (TOGA) yang ada di Indonesia khususnya tentang pemanfaatan tanaman kelor, hal ini penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat akan pentingnya tanaman yang ada di desa jika dimanfaatkan dengan cara yang baik dan benar akan memberikan manfaat banyak kebermanfaatan bagi masyarakat. Narasumber juga memberikan sosialisasi kepada masyarakat tentang cara pengolahan daun kelor menjadi teh dan boreh kepada masyarakat, sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemanfaatan tanaman kelor. Sebelum diadakan pelatihan, masyarakat diketahui masih belum mengetahui proses pembuatan teh daun kelor, trutama pemilihan daun kelor yang akan digunakan sebagai bahan utama produk teh. Secara umum pembuatan teh kelor dilakukan dengan cara mengambil terlebih dahulu daun dari pohonnya kemudian daun dilepaskan dari tangkainya dan dipilah daun yang memiliki kualitas bagus yaitu tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua, setelah tahap pemilihan daun dibersihkan menggunakan air mengalir dengan tujuan agar debu-debu yang menempel pada daun bisa dibersihkan, proses pembuatan dilanjutkan ke tahap penirisan dan pengeringan daun kelor. Proses pengeringan daun kelor dapat dilakukan dengan dua cara pengeringan dengan metode kering angin dan pengeringan dengan menggunakan oven. Metode kering angin dilakukan dengan cara meletakan nampan yang sudah berisi daun kelor di dalam ruangan dengan pencahayaan yang cukup selama 3-4 hari untuk menghasilkan daun kelor kering yang siang untuk dihaluskan dan dikemas sebagai produk teh. Selain mendapatkan pelatihan dengan pembuatan teh kelor, masyarakat juga mendapatkan pengetahuan tentang cara pembuatan boreh menggunakan kulit batang kelor. Sebelum diadakan pelatihan ini ternyata dari masyarakat desa songan B sudah biasa membuat boreh dari kelor namun belum mengetahui cara pengolahan agar produk yang dibuat dapat digunakan dalam jangka panjang. Boreh merupakan obat tradisional yang digunakan oleh masyarakat Bali secara turun temurun untuk kesehatan. Boreh terbuat dari rempah-rempah tanaman herbal yang digerus kemudian dicampurkan menjadi satu (Hartayu., T.S dan Widiasih., K.A. 2012). Bore
SIMPULAN
Kegiatan pemberdayaan ini mampu menyadarkan masyarakat bahwa tanaman kelor memiliki banyak manfaat bagi kesehatan serta dapat diolah menjadi produk yang memiliki harga jual tinggi. Melalui kegiatan pelatihan yang telah diberikan, mampu meningkatkan kemandirian masyarakat untuk memberdayakan dan mengembangkan usaha ekonomi mereka secara mandiri.