Guru Besar Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Padjadjaran Prof. Dr. Budi
Nurani Ruchjana, M.S., bersama tim peneliti dari Kelompok Bidang Keahlian Pemodelan Sktokastik
Departemen Matematika FMIPA Unpad telah mencoba mengidentifikasi peluang penyebaran
Coronavirus. Identifikasi ini menggunakan model stokastik.
“Model stokastik adalah model yang berkaitan dengan peluang. Kita memandang segala sesuatu di
alam itu bersifat acak, contohnya virus Corona begitu datang ke dunia juga acak, tidak pernah tahu
siapa yang akan ditulari,” ujar Prof. Budi.
Dengan menerapkan pemodelan spatio-temporal atau pengamatan acak berdasarkan lokasi dan
waktu, Prof. Budi secara sederhana mencari peluang penyebaran Coronavirus berdasarkan data yang
ada di laman https://www.worldometers.info/coronavirus/. Data yang diambil merupakan data yang
terinfeksi Coronavirus di seluruh dunia dalam rentang waktu 23 Januari hingga 9 Maret 2020.
Analisis data pertama dilakukan untuk menentukan peluang keadaan berdasarkan keadaan
sebelumnya dari pengamatan banyaknya penderita Coronavirus yang diamati setiap hari dengan
keadaan diasumsikan konstan dan homogen di seluruh belahan bumi, serta jika ditentukan ruang
keadaan berupa banyaknya penderita di atas rata-rata (banyak) dan di bawah rata-rata (sedikit),
Analisis data pertama menggunakan distribusi stasioner rantai Markov. Dari data yang ada, Prof.
Budi merata-ratakan jumlah penderita Coronavirus per harinya sekitar 2.433 orang. Jumlah rata-rata
ini masih diasumsikan bahwa fenomena wabah Coronavirus di setiap negara adalah sama.
Data rata-rata itu kemudian dihitung menggunakan distribusi stasioner rantai Markov, dengan
keadaan bahwa kurang dari rata-rata diasumsikan sedikit, sedangkan di atas rata-rata diasumsikan
banyak. Maka diperoleh hasil awal bahwa penderita Coronavirus di bawah rata-rata sebesar 53%,
sedangkan penderita di atas rata-rata sebesar 47%.
Selanjutnya, penghitungan dilakukan untuk menentukan prediksi banyaknya penderita berdasarkan
lokasi yang belum tersampel. Hal ini disebabkan, ada sejumlah negara, terutama yang dekat dengan
Tiongkok, belum ada informasi terinfeksi virus. Dua negara yang dijadikan sampel dalam identifikasi
ini adalah Laos dan Myanmar, dua negara yang hampir berdekatan dengan Tiongkok.
Prof. Budi menjelaskan, dengan asumsi bahwa fenomena penyebaran Coronavirus di dunia
serbasama, ada kemungkinan wilayah-wilayah yang dekat dengan Tiongkok juga rentan terinfeksi.
Proses pencarian prediksi di lokasi tidak tersampel ini menggunakan metode Ordinary Point
Kriging (OK). Hasilnya, diprediksikan bahwa rata-rata ada 3-4 orang yang akan terinfeksi Coronavirus
di Laos atau Myanmar.
“Secara rekomendasi kita berani menyampaikan walaupun masih di atas kertas secara angka. Tetapi
ini bisa menjadi suatu peringatan untuk lebih waspada,” kata Prof. Budi.
Diakui Prof. Budi, hasil dari dua penghitungan ini masih memerlukan analisis lebih lanjut. Ini
disebabkan, data yang digunakan masih diasumsikan homogen belum heterogen. Selain itu,
kolaborasi penelitian multidisiplin juga sangat diperlukan.
Meski demikian, lanjutnya, data awal ini bisa menjadi gambaran untuk meningkatkan kewaspadaan
terjadap pandemi Coronavirus. Prediksi di lokasi yang tidak tersampel bertujuan bukan untuk
memicu kepanikan, tetapi untuk meningkatkan kewaspadaan ke depan.