Forum Persaudaraan Mahasiswa Hindu Dharma Universitas Udayana (FPMHD-Unud) menggelar diskusi akhir tahun dengan tema "Apa Kabar Bali 2018?", Sabtu (29/12) di Gedung LPMP Provinsi Bali. Diskusi akhir tahun ini menghadirkan tiga narasumber dari unsur sulinggih yakni Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda, kemudian politisi Gede Pasek Suardika, SH. MH dan dari unsur akademisi Adat Prof. Dr. I Wayan Windia,SH.,M.Si.  
    I Putu Eka April Yanto dalam sambutannya selaku koordinator FPMHD-Unud menyampaikan tujuan diselenggarakannya diskusi ini adalah untuk me-reveiw kembali dinamika Bali di tahun 2018 dan untuk mengambil ancang-ancang menghadapi Bali di tahun mendatang. "Serta meningkatkan budaya diskusi yang semakin meredup dikalangan mahasiswa, khususnya Mahasiswa Hindu," ungkapnya. 
    Kaum muda sebagai penggerak utama terlalu senang berada di zona nyamannya. Dicontohkan, pariwisata menjadi tantangan sekaligus konsekuensi dalam keterbukaan. “Tahun 2018 instrospeksi diri, 2019 menyiapkan diri dan memprogramkan diri. Bagaimana menjadi generasi muda yang tangguh untuk siap berkompetisi melawan kekuatan global” ujar Gede Pasek Suardika, SH. MH sebagai pembicara pertama. Prof. Dr. I Wayan Windia, SH.,M.Si menyadari bahwa seluruh aturan di masyarakat sangat dipengaruhi oleh dunia politik. “Anak muda harus berani menjadi pelopor, baik itu untuk dirinya sendiri, keluarga maupun orang lain” himbau beliau. Dipaparkan oleh Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda bahwa agama dapat dimainkan disegala dimensi baik personal maupun kelembagaan oleh karenanya anak muda sebagai kaum intelektual harus dapat memahami permasalahan yang sedang dialami tanpa melihat permukaannya saja. “Jangan hanya memuja simbol, tapi kembangkan pemahaman. Jangan hanya melihat permasalahan dari permukaan, namun permukaannya harus dilihat karena apa yang dilihat kasat mata hanyalah sebuah strategi yang mampu mematik segala potensi dan konflik” ujar sulinggih mengingatkan.