Hutan merupakan kawsan yang sangat penting selain menjadi sumber penghidupan hutan juga menjadi kawasan pengatur tata air. Salah satu wilayah di Bali yaitu Kabupaten Jembrana memiliki hutan dengan luasan 41.351,27 Ha (www. Jembranakab.go.id) yang berfungsi sebagai sumber air bagi kehidupan penduduknya, tetapi ancaman terhadap hutan daring dari berbagai macam faktor, salah satunya adalah mayarakat sendiri. Inilah yang mendasari diadakannya Eduforest Study Camping yang dilaksanakan di Hutan Belajar Desa Yeh Embang Kauh pada 17-19 Mei yang lalu. Kegiatan ini diinisiasi oleh Pemerintah Desa Yeh Embang Kauh bersama Yayasan IDEP Selaras Alam dan Komonitas Basebali dengan dukungan dari Desa Tangguh Bencana (Destana) dan Unit kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam “Wanaprastha Dharma”. Eduforest Study Camping secara umum merupakan sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mengenalkan hutan dan mitigasi bencana kepada generasi muda. Kegiatan ini diikuti oleh siswa-siswi dari lima sekolah dasar yang ada di Desa Yeh Embang Kauh, siswa-siwsi sekolah menengah pertama dan pemuda-pemudi dari Sekaa Teruna-Teruni yang berasal dari seluruh banjar dan tempek yang ada di Desa Yeh Embang Kauh.


 siswa-siswi SD sedang bermain ular tangga bertemakan mitigasi bencana dan lingkungan

  Kegiatan ini dibagi ke dalam sesi pagi dan sore hari selama tiga hari yang diisi dengan beberapa bentuk kegiatan seperti trekking, games,pembibitan pohon Lerek (Sapindus Rarak) dan diskusi. Sesi pagi ditujukan untuk siswa-siswi SD dan SMP sedangkan sesi sore ditujukan untuk STT. Seluruh peserta akan diajak untuk trekking di kawasan hutan terlebih dahulu di kawasan Hutan Belajar dengan ditemani fasilitator dari Unit Kegiatan Mahasiswa Pecinta Alam “Wanaprastha Dharma” yang didampingi oleh anggota Destana. Selama trekking berlangsung seluruh peserta akan berhenti di beberapa pos yang telah disiapkan sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan-pengetahuan mengenai hutan seperti flora dan fauna yang ada di dalam kawasan hutan dan fungsi hutan secara umum. Di kesempatan ini juga disampaikan mengenai tumbuhan atau pohon khas kawasan hutan di Bali bagian barat yaitu Pohon Kuanitan (Dysoxylum sp) dan Pohon Keruing (Dipterocarpus s.) serta satwa khas seperti burung Rangkong (Bucerotidae). Para peserta juga mendapatkan kesempatan untuk melakukan pengamatan burung dengan binokuler di pos terakhir. 


suasan trekking di kawasan hutan belajar

Kegiatan selanjutnya setelah trekking adalah games yaitu permainan ular tangga yang bertemakan lingkungan dan mitigasi bencana. Tema ini dipilih sesuai dengan tujuan kegiatan ini untuk mengenalkan hutan secara khusus dan mengajak merawat lingkungan pada umumnya, selain itu untuk mengedukasi generasi muda tentang bencana yang bisa timbul jika hutan tidak dijaga dan dilestarikan. Diskusi berlangsung pada sesi sore dengan melibatkan pemuda-pemudi dari STT yang menjadi media anggota STT dan pihak penyelenggara bertukar pikiran mengenai kondisi hutan dan bentuk ideal hutan yang dicita-citakan. Antusias generasi muda untuk mengikuti acara ini terbilang besar karena selama kegiatan berlangsung terhitung hampir 400 orang peserta yang berpartisipasi. Hal ini tidak menjadi halangan walaupun sedang berada di dalam situasi pandemi karena kegiatan ini menerapkan protokol kesehatan untuk peserta dan panitia.

anggota Mapala "Wanaprastha Dharma" yang berpartisipasi sebagai fasilitator