Mengejar Derasnya Jeram Telaga Waja
“Terjang dan hadapilah!”
Sungai Telaga Waja merupakan sungai kedua terbesar Bali setelah Sungai Ayung. Sungai yang memiliki hulu di lereng Gunung Abang dan Agung ini berasal dari beberapa buah sumber mata air yang membuatnya memiliki debit air yang besar. Kondisi debit air ditambah pemandangan bentang alam khas khas pedesaaan merupakan daya tarik yang menjadi pesona sungai ini.Sungai Telaga Waja sendiri memiliki wisata utama berupa rafting atau dikenal dengan arung jeram. Wisata arung jeram di Telaga Waja muncul pada dekade 90’an, hingga saat ini terdapat lima operator yang masih aktif yaitu Sobek Telaga Waja Rafting, Bali Mesari Wisata (BMW) Rafting, Bukit Cilli Rafting (BCR), Green Adventure Rafting (GAR), dan Bali Tubing Rafting (BTR).
Tim melakukan tos bersama sebelum melakukan pengarungan
Di tahun 2022 ini menjadi pengalaman yang sungguh berharga bagi beberapa anggota Mapala “Wanaprastha Dharma” Universitas Udayana (Mapala “WD” Unud) karena dapat merasakan derasnya Sungai Telaga Waja. Sebuah tim yang terdiri dari enam orang yakni Amos, Yusril, Jo, Syifa, Tasya, dan Satriya melakukan sebuah perjalanan dalam rangka Pelatihan Tingkat Lanjut Mapala “WD” Unud. Keenam orang tersebut merupakan tim dari Divisi Olahraga Arus Deras atau dikenal dengan sebutan ORAD. Segala persiapan yang menguras tenaga, waktu, dan biaya telah dilakukan tim sebelum menghadapi jeram-jeram Sungai Telaga Waja hingga akhirnya pada 15 Juli 2022 menjadi sebuah “moment of truth” dimana tim akhirnya dinyatakan siap untuk melakukan pengarungan.
Sungai Telaga Waja sendiri memiliki tingkat kesulitan di antara grade 2-3+, dengan jarak kurang lebih 15 km dari start point Sobek Telaga Waja Rafting hingga finish point Green Adventure Rafting dengan estimasi pengarungan kurang lebih dari 3 jam. Pengarungan dilakukan dengan dua perahu, dengan komposisi tim di perahu pertama yang terdiri dari Amos, Syifa dan Yusril didampingi Kak Rajah sebagai instruktur. Perahu kedua terdiri dari Jo, Syifa, Satriya dan Agil sebagai anggota perbantuan dengan didampingi guide lokal.
Tantangan pertama yang harus dilewati tim selama pengarungan yaitu Dam Muncan, yakni dam berdinding vertikal dengan ketinggian kurang lebih 4 meter. Sebagian tim harus turun dari perahu untuk selanjutnya turun melalui tangga yang sudah tersedia. Satu orang yang tersisa kemudian menjatuhkan perahu dari area yang aman sebelum akhirnya diamankan tim yang berada di bawah dan perjalanan dapat dilanjutkan.
Pada perjalanan selanjutnya, tim sempat mengalami masalah di mana salah satu anggota tim yaitu Syifa terlempar keluar dari perahu. Terlempar keluar dari perahu hampir sering terjadi selama tim melakukan pengarungan. Selain karena derasnya arus dan kondisi jeram, manuver perahu yang kurang pas ketika memasuki jeram juga menjadi salah satu faktornya. Tim di perahu pertama berusaha untuk menyelamatkan Syifa dengan cara menariknya kembali ke atas perahu, tetapi cukup kesulitan karena setelah Syifa jatuh ada jeram yang harus dilewati. Syifa akhirnya terpisah cukup jauh, hingga akhirnya Syifa diselamatkan oleh satu perahu operator yang lewat. Selepas Dam Muncan, tim menghadapi tantangan lain berupa batuan dan pipa. Batu-batu yang tersebar di sepanjang aliran sungai memiliki ukuran yang cukup besar sama halnya dengan pipa sehingga menuntut kerja sama tim untuk memanuver perahu. Jeram-jeram yang ada di bagian tengah sungai juga memiliki tantangannya masing-masing. Ketika memasuki jeram kaplut wrong way tim diharuskan memilih jalur sungai yang tepat agar perahu tidak kandas di antara bebatuan. Jeram lain seperti gorila menuntut tim untuk “mengejar” jeram yang ada dan memanuver perahu sebaik mungkin agar tidak terbalik.
Tim dapat melalui berbagai rintangan yang ada dengan aman dan selamat, walaupun tim sempat mengalami permasalahan seperti anggota yang terlempar keluar dan perahu yang kempis, hingga akhirnya tim berhasil mencapai finish point. Sungguh pengalaman yang luar biasa, ini akan menjadi sebuah memori berharga dimana tim dapat merasakan derasnya Sungai Telaga Waja. Namun itu saja tidak dapat memuaskan anggota tim, tim kembali melakukan pengarungan kedua yang dilaksanakan pada 21 Juli 2022 dengan komposisi tim yang hampir sama serta bekal pengalaman di pengarungan sebelumnya.
Selama kedua pengarungan yang dilakukan, tim melakukan pendataan terhadap beberapa jeram, case point dan rest point yang masih ada di Sungai Telaga Waja. Beberapa yang berhasil didata oleh tim yaitu Dam Muncan, Kaplut wrong way, BMW waterfall, sobek waterfall, Dam Bajing, dan Dam Tangkup. Setiap jeram dan obstacle yang ada memiliki tingkat kesulitannya masing-masing. Cerita lengkap pengalaman anggota Divisi ORAD Mapala “WD” Unud yang merasakan derasnya Sungai Telaga Waja dapat lebih lengkap di baca pada booklet yang telah dipublikasikan pada link berikut (.....)
Tim berfoto bersama di rest point Sobek Waterfall
Tim melewati Dam Tangkup