Waisya (Dewanagari: वैश्य, IAST: vaiśya) adalah kasta atau warna dalam tata kehidupan masyarakat menurut agama Hindu. Bersama-sama dengan brahmana dan kesatria, mereka disebut Tri Wangsa, tiga kelompok golongan karya atau profesi yang menjadi pilar penciptaan kemakmuran masyarakat. Bakat dasar golongan waisya yakni penuh perhitungan, tekun, terampil, hemat, cermat, kemampuan pengelolaan aset (kepemilikan) sehingga kaum wasya hampir identik dengan kaum pedagang atau pebisnis. Kaum waisya merupakan kelompok yang mendapat tanggung jawab untuk menyelenggarakan kegiatan ekonomi dan bisnis agar terjadi proses distribusi dan redistribusi pendapatan dan penghasilan, sehingga kemakmuran masyarakat, negara dan kemanusiaan tercapai.
Seiring dengan banyaknya penduduk luar Pulau Bali yang menetap di Pulau Dewata, mengakibatkan banyaknya pedagang-pedagang Non-Hindu yang menjamur dan mengambil alih peluang pasar yang ada terutama bisnis di bidang kuliner. Suksesnya bisnis mereka didukung dengan adanya dorongan dari konsumen. Laiaknya hukum ekonomi, tidak ada penawaran bila tidak ada permintaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya peminat makanan yang ditawarkan oleh pedagang Non-Hindu tersebut. Miris memang, mengingat masyarakat Bali yang kental akan tradisi ‘sukla’ menjadikan keberadaan pedagang Non-Hindu sebagai tantangan yang harus diluruskan kembali.
Untuk membangkitkan minat serta selera konsumen terhadap makanan Bali dan menjaga eksistensi pedagang Hindu – Bali, FPMHD-Unud menggelar Malam Dana Punia (MDP) 2019 yang bertempat di Bokashi Farm, Jl Waribang No. 27 Kesiman, Denpasar Timur. MDP menjadi sarana bagi pedagang Hindu untuk mempromosikan dagangannya terutama makanan khas Bali. Sate Kakul, Ayam Betutu dan Sate Babi/Tuna merupakan salah satu makanan khas bali yang diangkat kembali guna menarik minat pelanggan untuk mengunjungi Malam Dana Punia 2019.
Dengan mengusung tema Patra Yoga Paramaguna, MDP 2019 berlangsung selama tiga hari yakni 7-9 Juni. Selain untuk menjaga eksistensi pedagang hindu Bali MDP juga bertujuan untuk melakukan penggalian dana yang nantinya akan digunakan untuk berdana punia. Keuntungan yang diperoleh dari MDP sebagian akan disumbangkan ke Pura-Pura yang membutuhkan. Pada tahun ini bakti sosial MDP dilaksakan di Pura Angreka Sari, Karangasem.