Pada kegiatan Mini Tryout Divisi Konservasi Pelatihan Tingkat Dasar XLI yang diselenggarakan pada tanggal 20-21 Januari 2024, para calon anggota (CA) Mahasiswa Pecinta Alam "Wanaprastha Dharma" Universitas Udayana yang menjadi peserta Mini Tryout Divisi Konservasi melakukan observasi kualitas air dengan metode Biotilik yang merupakan singkatan dari “Biota Tidak Bertulang belakang Indikator Kualitas air” atau biomonitoring yang merupakan metode pemantauan kesehatan sungai atau danau dengan menggunakan indikator makroinvertebrata bentos, capung, kepiting, udang, siput, dan cacing. Observasi ini dilakukan di sekitar Danau Tamblingan dengan empat titik stasiun pengamatan. Stasiun pertama berlokasi dekat pos hidrologi di barat Danau Tamblingan, stasiun kedua dekat lokasi camp pengunjung di selatan, stasiun ketiga dekat lokasi upacara penutupan ATC di timur, dan stasiun keempat dekat Pura Dalem Tamblingan juga di timur danau. Koordinat masing-masing stasiun adalah:
- Stasiun 1: 08°15′47.67′′ S, 115°05′28.75′′ E
- Stasiun 2: 08°15′54.65′′ S, 115°05′35.22′′ E
- Stasiun 3: 08°15′46.61′′ S, 115°05′53.80′′ E
- Stasiun 4: 08°15′33.72′′ S, 115°06′02.41′′ E
Titik stasiun Pengamatan
Pengambilan sampel makroinvertebrata bentos dilakukan dengan dua teknik, yaitu teknik kicking dan jabbing. Teknik kicking dilakukan di sungai dangkal dengan meletakkan jaring di depan, mengaduk-aduk substrat selama 1 menit untuk merangsang hewan keluar dan terhanyut masuk ke dalam jaring. Teknik jabbing dilakukan di tepi sungai atau dalam sungai dengan meletakkan jaring di dasar sungai, kemudian bergerak maju sambil menyapukan jaring hingga menyentuh dasar sungai sepanjang 5 meter. Setelah itu, jaring diangkat dan dicelupkan beberapa kali ke dalam air untuk membersihkan sampel. Sampel dituangkan ke dalam nampan, disiram dengan air, dan kemudian disortasi dengan mengidentifikasi dan memasukkan makroinvertebrata ke dalam tabel. Berikut ini merupakan tabel hasil pengamatannya
Kriteria Kualitas Air | Tidak Tercemar | Tercemar Ringan | Tercemar Sedang | Tercemar Berat |
Skor | 3,3-4,0 | 2,6-3,2 | 1,8-2,5 | 1,0-1,7 |
A. Stasiun 1
Kedalaman | pH |
28-53 cm | 7 |
EPT
No | Nama Famili | Foto | Skor Biotilik (ti) | Jumlah Individu (ni) | ti x ni |
1 | - | - | - | - | - |
Non EPT
No | Nama Famili | Foto | Skor Biotilik (ti) | Jumlah Individu (ni) | ti x ni |
1 | Unionidae | 2 | 26 | 52 | |
2 | Viviparidae | 2 | 21 | 42 | |
3 | Atyidae | - | 2 | 1 | 2 |
4 | Dytiscidae | 3 | 1 | 3 | |
5 | Thiaridae-A | 2 | 17 | 34 | |
6 | Thiaridae-B | 2 | 76 | 152 |
Jumlah : N = 142 dan X = 285
Indek Biotilik (X/N) = 2,002
Hasil Kriteria Kualitas Air : Tercemar Sedang
B. Stasiun 2
Kedalaman | pH |
37 cm | 7 |
EPT
No | Nama Famili | Foto | Skor Biotilik (ti) | Jumlah Individu (ni) | ti x ni |
1 | - | - | - | - | - |
Non EPT
No | Nama Famili | Foto | Skor Biotilik (ti) | Jumlah Individu (ni) | ti x ni |
1 | Unionidae | 2 | 15 | 30 | |
2 | Thiaridae-A | 2 | 1 | 2 | |
3 | Thiaridae-B | 2 | 14 | 28 |
Jumlah : N = 30 dan X = 60
Indek Biotilik (X/N) = 2
Hasil Kriteria Kualitas Air : Tercemar Sedang
C. Stasiun 3
Kedalaman | pH |
26-58 cm | 7 |
EPT
No | Nama Famili | Foto | Skor Biotilik (ti) | Jumlah Individu (ni) | ti x ni |
1 | - | - | - | - | - |
Non EPT
No | Nama Famili | Foto | Skor Biotilik (ti) | Jumlah Individu (ni) | ti x ni |
1 | Unionidae | 2 | 3 | 6 | |
2 | Viviparidae | 2 | 14 | 28 | |
3 | Tubificidae | 1 | 15 | 15 | |
4 | Thiaridae-A | 2 | 6 | 12 | |
5 | Thiaridae-B | 2 | 2 | 4 |
Jumlah : N = 40 dan X = 65
Indek Biotilik (X/N) = 1,625
Hasil Kriteria Kualitas Air : Tercemar Berat
D. Stasiun 4
Kedalaman | pH |
19-28 cm | 7 |
EPT
No | Nama Famili | Foto | Skor Biotilik (ti) | Jumlah Individu (ni) | ti x ni |
1 | - | - | - | - | - |
Non EPT
No | Nama Famili | Foto | Skor Biotilik (ti) | Jumlah Individu (ni) | ti x ni |
1 | Unionidae | 2 | 4 | 8 | |
2 | Viviparidae | 2 | 1 | 2 | |
3 | Thiaridae-B | 2 | 6 | 12 |
Jumlah : N = 11 dan X = 22
Indek Biotilik (X/N) = 2
Hasil Kriteria Kualitas Air : Tercemar Sedang
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di Danau Tamblingan, dapat disimpulkan bahwa kondisi kualitas air di danau tersebut tergolong ke dalam kategori tercemar sedang. Hal ini terlihat dari jumlah varian famili dan individu yang ditemukan pada masing-masing stasiun pengamatan. Stasiun 1 mencatat jumlah varian famili dan individu yang paling banyak, sementara stasiun 2 dan 4 menunjukkan jumlah varian famili yang paling sedikit, dengan stasiun 4 memiliki jumlah individu terendah, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kondisi substrat yang berlumpur. Meskipun demikian, dengan nilai pH yang mencapai 7, menunjukkan bahwa air di Danau Tamblingan masih dalam kisaran netral dan aman untuk dikonsumsi. Kesimpulan ini menggarisbawahi pentingnya pemantauan dan upaya pelestarian lingkungan untuk menjaga kualitas air danau yang memegang peranan penting dalam ekosistem dan keberlangsungan hidup manusia serta flora dan fauna di sekitarnya.
Dengan demikian, hasil pengamatan yang telah dilakukan memberikan pemahaman yang lebih mendalam mengenai kondisi kualitas air Danau Tamblingan. Meskipun ditemukan beberapa tantangan terkait kondisi substrat yang berlumpur, penelitian ini menunjukkan pentingnya upaya pelestarian dan monitoring terus-menerus terhadap lingkungan danau ini. Melalui kesadaran akan kondisi lingkungan dan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, diharapkan dapat terus menjaga keberlanjutan danau ini sebagai salah satu sumber air penting di Bali. Dengan demikian, penelitian ini tidak hanya memberikan kontribusi terhadap pemahaman ilmiah, tetapi juga memberikan dorongan untuk tindakan nyata dalam menjaga kelestarian lingkungan alam.