MBSC (Meru Betiri Service Camp) adalah salah satu kegiatan pendidikan konservasi yang diadakan guna mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki kesadaran akan pentingnya konservasi dalam kehidupan. Kegiatan ini merupakan salah satu program dari Balai Taman Nasional Meru Betiri dalam pendidikan kader konservasi yang diselenggarakan oleh Wadah Informasi Pecinta Alam Se-Eks Besuki (WIPAB) dengan beranggotakan mahasiswa pecinta alam, siswa pecinta alam, dan komunitas pecinta alam se-Karesidenan Besuki. MBSC bertujuan untuk menumbuhkembangkan dan memasyarakatkan nilai konservasi kepada generasi muda, menciptakan kader konservasi lingkungan, mempererat hubungan instansi terkait dengan pecinta alam serta mempererat tali persaudaraan antar pecinta alam. Kegiatan MBSC XXV mengangkat tema “Menumbuhkan Benih Jiwa Konservasi Sebagai Pelita Belantara”, Hal ini dimaksudkan bahwa MBSC XXV bertujuan untuk menanamkan kesadaran akan pentingnya konservasi kepada kaum muda. Diharapkan dapat menjadi pelopor dan pembawa harapan, serta menginspirasi masyarakat di daerahnya dalam upaya pelestarian alam demi masa depan lingkungan yang lebih baik.

Kegiatan MBSC XXV kali ini diadakan di Pantai Bandealit, Desa Andongrejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur. Tempat itu termasuk dalam kawasan Taman Nasional Meru Betiri. Kegiatan dilakukan selama 5 hari 4 malam, dan diikuti oleh 52 orang peserta dari berbagai organisasi dan komunitas pecinta alam. Mapala “Wanaprastha Dharma” (Mapala “WD”) Unud mendelegasikan sebanyak 2 orang, yakni Ariel Yushfi Arifin (WD-2441811) dan Leonardo Geofany Andrean (WD-2441809). Kegiatan ini diawali dengan kegiatan upacara pembukaan MBSC XXV, dilanjutkan dengan pelepasan tukik sebanyak 200 ekor. Pelepasan Tukik di Pantai Bandealit diharapkan sebagai langkah awal untuk dapat sebagai salah satu tempat mendaratnya Penyu untuk bertelur di kawasan Pantai Bandealit.


Selama 4 hari 3 malam para peserta MBSC XXV dibekali oleh materi tentang konservasi lingkungan, mulai dari materi kelas, selama 930 menit meliputi : Ekologi dan Ekosistem, Kehutanan Umum, Flora dan Fauna Indonesia, Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistem, Isu dan Advokasi Lingkungan, Jurnalistik Lingkungan, Pengamatan Masyarakat, Analisa Vegetasi, Herbarium, Hitung Karbon, Pengamatan Burung, Analisa Air, Karnivora Besar dan Teknik Merekam Data, Manajemen Resiko dalam Kegiatan Alam, Ekowisata dan Interpretasi Alam. Peserta juga mempraktikkan materi lapang selama 345 menit meliputi : Analisa Air, Analisa Vegetasi, Herbarium, Hitung Karbon, Teknik Merekam Data, dan Pengamatan Burung. 


Hasil dari Pelatihan Meru Betiri Service Camp XXV (MBSC XXV) adalah diangkatnya Ariel Yushfi Arifin (WD-2441811) dan Leonardo Geofany Andrean (WD-2441809) menjadi kader konservasi tingkat pemula yang berada dibawah naungan Taman Nasional Meru Betiri, pemberian kartu dan nomor kader konservasi, sertifikat pelatihan, dan buku materi MBSC XXV. Dari pelatihan tersebut diharapkan anggota Mapala “WD” Unud yang mengikuti pendidikan kader konservasi di MBSC XXV mampu memperhatikan masalah lingkungan, melakukan hal nyata terhadap permasalahan lingkungan, dan menularkan ilmu dan praktik yang didapat kepada organisasi dan orang lain.