Pada bulan Maret hingga bulan Juli, tim divisi susur gua berhasil mendata 50 gua yang ada di provinsi Bali. Adapun pendataan masing-masing gua ini melalui serangkain proses perjalanan panjang, dimulai dari persiapan hingga penelusuran di masing-masing daerah. Untuk mendukung pengumpulan data gua-gua yang ada di provinsi Bali, atlet susur gua melakukan persiapan yang berupa pengumpulan informasi, materi kelas, dan latihan Single Rope Technique (SRT). Pengumpulan informasi gua-gua didapat dari artikel, video-video dokumentasi dan data gua yang sudah dimiliki Mapala “WD” Unud. Data-data yang sudah dikumpulkan kemudian dijadikan dalam satu tabel yang dikelompokkan berdasarkan daerah. Untuk materi kelas, dilakukan sebagai tahap untuk memantapkan atlet dari segi ilmu tentang gua, safety ketika sedang berada di dalam gua, bahaya-bahaya dalam gua dan juga materi tentang fotografi gua. Materi kelas juga merupakan sebagai pedoman untuk para atlet melakukan penelusuran dan pengambilan data sesuai dengan standar penelusuran gua. Selain melakukan materi kelas, atlet susur gua juga melakukan latihan Single Rope Technique (SRT) yang dilakukan bertujuan untuk mengingat kembali teknik SRT berupa Intermediate, Deviasi dan resque.
Latihan Single Rope Technique (SRT)
Dalam pelaksanaannya, atlet susur gua melakukan penelusuran dan pengambilan data dilakukan satu kali dalam seminggu. Dimana dalam satu kali penelusuran dilakukan pendataan gua-gua dalam satu kabupaten. Penelusuran dan pengambilan data memiliki jangka waktu dari bulan Maret hingga ahir bulan Juli, dengan target gua yang terdata sebanyak 45 gua. Penelusuran menggunakan sistem grup, dimana atlet dibagi menjadi 2 grup yang 1 grupnya berjumlah 4 atlet. Sistem seperti ini dibuat bertujuan untuk dapat mendata gua yang ada dalam 2 kabupaten dalam seminggu. Sehingga dapat menghemat waktu, dan atlet mempunyai sisa waktu untuk mengolah data yang sudah didapat. Penelusuran dan pengambilan data pertama dilakukan di daerah Bali Selatan. Atlet susur gua berhasil mendata 13 gua dimana yang berhasil dipetakan hanya 4 gua dikarenakan adanya kendala waktu pemetaan yang cukup lama, sehingga atas keputusan bersama gua-gua lainnya hanya diambil data administrasi dan data fisik guanya saja. Gua-gua yang ditemukan di daerah Bali Selatan merupakan jenis gua batuan Karst yang memilki panjang gua 3-30 meter.
Proses pengambilan data pemetaan gua
Beberapa gua ditemukan berdekatan dangan gua lainnya yang sebagian besar gua-gua berada di lembahan. Dalam penelusuran di daerah Bali Selatan, Atlet susur gua beberapa kali menemukan kendala dimana gua memilki lorong yang sangat sempit, dimana tinggi atap hanya berkisar 30-40 cm dari lantai gua yang membuat hanya beberapa atlet saja yang dapat masuk kedalam gua. Ditemukan kendala lain yaitu gua sudah ditutupi semak-semak, yang membuat gua sulit untuk ditemukan dan dibutuhkan parang untuk membuka jalur. Beberapa dari gua yang ditemukan juga sudah dipasangi perangkap untuk menangkap landak, dan sebagian besar dari gua yang ditemukan sudah dialih fungsikan menjadi tempat ibadah.
Entrance Gua Timpalan dengan ukuran 30-40 cm.
Gua Saka 1 yang sudah dialih fungsikan menjadi tempat ibadah
Penelusuran kedua, atlet susur gua melakukan penelusuran di daerah Gianyar dan Bangli dimana atlet berhasil mendata 9 gua yaitu 7 gua di daerah Gianyar dan 2 gua di daerah Bangli. Gua-gua yang ditemukan di daerah Gianyar dan Bangli sebagian besar adalah jenis gua batuan andesit. Empat gua di daerah Gianyar ditemukan di suatu tempat wisata bernama Paras Petanu. Gua-gua tersebut belum memilki nama yang jelas, sehingga dari atlet susur gua menamai gua-gua yang ditemukan dengan nama Paras 1, Paras 2, Paras 3, dan Paras 4. Gua di Paras Petanu merupakan gua buatan yang didominasi dengan batuan berwarna hitam dan lorong gua yang berair dan memiliki panjang gua kurang lebih 300 meter. Atlet susur gua menemui beberapa kendala dalam penelusuran ini dimana kendala yang pertama yaitu gua Paras 2 berada di atas tebing dengan ketinggian 15 meter yang dialiri air sehingga tebing sangat licin untuk dipanjat oleh atlet. Kendala yang kedua salah satu gua yang berada di Gianyar yaitu gua Rangreng merupakan gua yang dialiri air sangat deras dan dalam, sehingga sangat sulit untuk mendata gua ini.
Gua buatan yang berada di dalam objek wisata Paras Petanu (Gua Paras 1)
Gua Rang Reng, gua yang dialiri air yang deras dan dalam
Penelusuran ketiga, atlet susur gua mendata gua gua didaerah Buleleng dan Karangasem. Untuk penelusuran yang ketiga menggunakan sistem grup dimana satu grup mendata gua didaerah Buleleng dan satu grup mendata gua di daerah Karangasem. Dalam penelusuran ini atlet susur gua berhasil mendata 7 gua yaitu 3 gua di daerah Buleleng dan 4 gua di daerah Karangasem. Gua di daerah Buleleng dan Karangasem sebagian besar merupakan gua jenis batuan andesit dan beberapa gua merpakan gua buatan yaitu gua Raksasa dan gua Raja Tajun di Buleleng. Dalam penelusuran ini grup yang melakukan penelusuran di daerah Buleleng memutuskan untuk langsung melakukan penelusuran di daerah Kintamani. Penelusuran di daerah Kintamani, atlet berhasil mendata 2 gua di daerah kaldera gunung batur dengan jenis gua lava. Karekteristik gua di Kintamani sangat unik dimana gua didominasi oleh batuan berwarna hitam, memiliki batuan yang tajam, dan di beberapat titik gua terdapat kabut. Penelusuran ketiga ini atlet tidak menemui kendala yang berarti, hanya kendala jauhnya titik gua yang mengakibatkan banyak waktu yang terbuang.
Gua buatan yang terletak di Kabupaten Buleleng (Gua Raksasa)
Gua Lava merupakan gua dengan jenis gua lava yang terletak di Kabupaten Kintamani
Daerah Jembrana merupakan daerah tempat penelusuran keempat untuk atlet susur gua. Atlet susur gua berhasil mendata 3 gua dimana sebagian besar merupakan gua dengan jenis batuan andesit. Salah satu gua yang bernama gua air merupakan gua buatan yang dipergunakan untuk mengaliri air, yang memiliki panjang gua kurang lebih 2 km. Penelusuran dilanjutkan di daerah Tabanan dimana atlet berhasil mendata 9 gua yang sebagian besar merupakan gua dengan jenis batuan andesit. Beberapa gua di daerah tabanan bisa diklasifikasikan sebagai gua pantai karena ditemukan di pinggiran pantai contohnya seperti Gua Kelelawar Pura Srijong, Gua Penguyahan, Gua Kelelawar Berekor dan Gua Bulung Daya. Atlet susur gua menemui kendala dimana gua Bulung Daya, karena posisi mulut gua menghadap pantai mengakibatkan lorong gua dipenuhi oleh air laut sehingga atlet susur gua tidak dapat memasuki gua. Begitu juga kendala yang sama ditemukan di beberapa gua yang berada di pinggir pantai.
Gua Air yang diperkirakan memilki panjang lorong 2 km yang terletak di Kabupaten Jembrana
Gua Bulung Daya yang merupakan jenis gua pantai yang terletak di Kabupaten Tabanan
Penelusuran selanjutnya, atlet susur gua melakukan penelusuran di daerah badung. Penelusuran menghasilkan 2 gua yang berhasil di data. Salah satu gua yaitu Gua Penyingkiran merupakan gua bersejarah dimana saat masa penjajahan, gua ini digunakan sebagai tempat persembunyian pahlawan kita dari penjajah. Di daerah Badung juga ditemukan gua bernama Gua Bio. Gua ini memiliki lorong gua yang sangat besar, lantai gua dialiri air dan di satu sisi dari gua ini terdapat sarang kelelawar yang jumlahnya ratusan ribu kelelawar.
Gua tempat persembunyian pada masa penjajahan (Gua Penyingkiran)
Gua Bio yang terletang di Kabupaten Badung meiliki lorong yang tinggi dan lebar
Pada penelusuran dan pendataan gua di daerah Nusa Penida, Atlet susur gua tidak dapat melakukan penelusuran dikarenakan adanya pendemi covid 19 dan pemberlakuan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) sehingga untuk basis data gua di daerah nusa penida hanya menggunakan data yang sudah dimiliki oleh Mapala “WD” Unud. Gua di daerah Nusa Penida rata rata merupakan gua dengan jenis batuan karst karena memang daerah Nusa Penida masuk kedalam daerah penyebaran karst di Bali. Gua yang terdata salah satunya adalah Gua Giri Putri dimana keunikan gua ini selain menjadi tempat persembahyangan, gua ini memili lorong yang besar dan lebar bahkan tinggi atapnya terukur setinggi 24 meter, tetapi memilki entrance yang hanya berukuran kurang lebih 50 cm. Selain Gua Giri Putri, gua unik lainnya yaitu Gua Pawon yang menurut informasi dari warga sekitar gua ini memilki panjang sekitar 2 Km. Selain lorong guanya yang panjang, Gua Pawon juga memiliki pantangan yang harus diikuti oleh penelusur, yaitu tidak boleh mambawa dan meninggalkan barang dari luar gua ke dalam gua dan sebaliknya, tidak boleh membawa dan meninggal barang dari dalam gua ke luar gua.
Entrance Gua Giri Putri yang ukurannya kurang lebih 50 cm
Chamber yang ada di dalam Gua Pawon, Nusa Penida
Kesimpulan dari hasil kegiatan USE divisi Susur Gua yaitu, atlet susur gua berhasil melakukan penelusuran dan pendataan gua sebanyak 50 tititk gua dari target 45 titik gua yang ada di 9 kabupaten yang ada di Bali. Gua yang berhasil dipetakan berjumlah 6 gua dimana 4 gua dipetakan saat penelusuran dan 2 gua merupakan data yang sudah dimiliki olah Mapala “WD” Unud. Gua gua di Bali memilki penyebaran jenis gua berdasarkan batuannya dimana , Bali bagian selatan dan Bali bagian timur didominasi oleh gua dengan jenis batuan karst dan Bali bagian barat dan Bali bagian utara didominasi oleh gua dengan jenis batuan andesit. Atlet susur gua juga mendata gua dengan jenis gua lava dimana 2 gua terletak di kabupaten kintamani dan 1 gua terletak di kabupaten Buleleng.
Tampilan Basis Data gua di Provinsi Bali