BUKIT TERUNYAN
Tanggal 5 Juni kemarin saya dan kawan-kawan pergi berkemah ke Bukit Terunyan, deretan sampah menemani pendakian ke Bukit Terunyan, rasanya ingin melempar kesalahan dan sibuk membenarkan diri sendiri tapi saya sadar bahwa saya belum sepenuhnya dewasa jika hanya bisa menyalahkan. Melihat deretan sampah di Bukit Terunyan berhasil membuat saya kesal, sedikit. Entah sebenarnya saya kesal karena kondisi trek yang kotor, karena sampah, atau justru karena keriuhan orang-orang yang tidak menghargai alam.
Saya, kamu, pasti tahu permasalahan sampah pendakian bukanlah masalah baru. Dari dulu hingga kini, nggak berubah. Si A merasa dia tak berkewajiban pada sampahnya, si B merasa sampah adalah tanggung jawab si C, sedang si C berkilah bahwa sampah adalah tanggung jawab si A. Seperti benang kusut. Kenapa harus saling menyalahkan? Sampah nggak akan hilang dengan sendirinya kalau kita cuma menyalahkan. Suatu ketika di sebuah postingan ada yang menuliskan kurang lebih begini, "Masalah sampah di gunung bukan tanggung jawab pendaki. Kita udah bayar ke pengurus, berarti mereka dong yang harus bersihin sampah ? Kalau masih kotor berarti mereka makan gaji buta." Kadang kita berharap ada orang yang dengan senang hati membersihkan sampah kita di gunung. Sampah adalah tanggung jawab dirimu sendiri, jika tidak mau tanggung jawab, jangan salahkan jika alam berubah jahat pada kita.
Saya sadar, saya nggak bisa menyalahkan siapapun jika saya sendiri nggak mau turun aksi dalam masalah pembuangan sampah yang sembarangan ini. Janganlah kita koar-koar seolah masalah sampah adalah kesalahan pendaki dan pengurus seutuhnya. Aku, kamu yang sudah sadar bahwa alam harus dilestarikan juga punya kewajiban sama besar pada sampah yang saudara kita buang sembarangan. Uang simaksi di Bukit Terunyan disebut donasi seikhlasnya, saya dan kawan-kawan memberikan donasi, semoga donasi dari pengunjung Bukit Terunyan tersebut dipakai untuk rehabilitasi ekosistem, penghijauan, atau perbaikan sarana prasarana serta menyisakan dana buat pembersihan sampah.
Dan terima kasih untuk semua pendaki yang sudah mau bertanggung jawab untuk sampahnya, semoga alam selalu menjagamu. Juga komunitas-komunitas bersih lingkungan yang sudah sangat membantu menjaga dan menyebar awareness tentang kebersihan. Salut untuk komunitas-komunitas tersebut, contohnya Komunitas Malu Dong!Sekian, salam lestari!
Tanggal 5 Juni kemarin saya dan kawan-kawan pergi berkemah ke Bukit Terunyan, deretan sampah menemani pendakian ke Bukit Terunyan, rasanya ingin melempar kesalahan dan sibuk membenarkan diri sendiri tapi saya sadar bahwa saya belum sepenuhnya dewasa jika hanya bisa menyalahkan. Melihat deretan sampah di Bukit Terunyan berhasil membuat saya kesal, sedikit. Entah sebenarnya saya kesal karena kondisi trek yang kotor, karena sampah, atau justru karena keriuhan orang-orang yang tidak menghargai alam.
Saya, kamu, pasti tahu permasalahan sampah pendakian bukanlah masalah baru. Dari dulu hingga kini, nggak berubah. Si A merasa dia tak berkewajiban pada sampahnya, si B merasa sampah adalah tanggung jawab si C, sedang si C berkilah bahwa sampah adalah tanggung jawab si A. Seperti benang kusut. Kenapa harus saling menyalahkan? Sampah nggak akan hilang dengan sendirinya kalau kita cuma menyalahkan. Suatu ketika di sebuah postingan ada yang menuliskan kurang lebih begini, "Masalah sampah di gunung bukan tanggung jawab pendaki. Kita udah bayar ke pengurus, berarti mereka dong yang harus bersihin sampah ? Kalau masih kotor berarti mereka makan gaji buta." Kadang kita berharap ada orang yang dengan senang hati membersihkan sampah kita di gunung. Sampah adalah tanggung jawab dirimu sendiri, jika tidak mau tanggung jawab, jangan salahkan jika alam berubah jahat pada kita.
Saya sadar, saya nggak bisa menyalahkan siapapun jika saya sendiri nggak mau turun aksi dalam masalah pembuangan sampah yang sembarangan ini. Janganlah kita koar-koar seolah masalah sampah adalah kesalahan pendaki dan pengurus seutuhnya. Aku, kamu yang sudah sadar bahwa alam harus dilestarikan juga punya kewajiban sama besar pada sampah yang saudara kita buang sembarangan. Uang simaksi di Bukit Terunyan disebut donasi seikhlasnya, saya dan kawan-kawan memberikan donasi, semoga donasi dari pengunjung Bukit Terunyan tersebut dipakai untuk rehabilitasi ekosistem, penghijauan, atau perbaikan sarana prasarana serta menyisakan dana buat pembersihan sampah.
Dan terima kasih untuk semua pendaki yang sudah mau bertanggung jawab untuk sampahnya, semoga alam selalu menjagamu. Juga komunitas-komunitas bersih lingkungan yang sudah sangat membantu menjaga dan menyebar awareness tentang kebersihan. Salut untuk komunitas-komunitas tersebut, contohnya Komunitas Malu Dong!Sekian, salam lestari!