Buleleng (Atnews) - Pura Penegil Dharma yang berada di wilayah Desa Kubutambahan Kecamatan Kubutambahan, Buleleng merupakan pura tertua di Bali dan menjadi cikal-bakal Bali menurut penuturan Ulu Krama Pura Penegil Dharma Prof. Putu Armaya.
Sejarah pendirian pura ini dimulai pada 915 M sebelum Majapahit datang ke Bali. Menurutnya keberadaan Pura Penegil Dharma tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang Ugrasena, pendiri Dinasti Warmadewa dan Maha Rsi Markania atau yang disebut masyarakat Bali sebagai Rsi Markandea. Saat itu Bali masih menyatu dengan Pulau Jawa dan berada di ujung timur pulau. Berdasarkan prasasti Mataram I, dahulu Bali bernama Prawali.
Pura Penegil Dharma, dan juga dikenal sebagai Pura Penyusuhan, dapat mengingatkan umat Hindu Nusantara akan eksodus, perpindahan kerajaan Mataram I Hindu dari Jawa Tengah pasca meletusnya Gunung Merapi ke Jawa Timur, diperkirakan di seputar Lumajang.
Rencananya akan dilakukan pemugaran di kawasan pura ini pada 2021 mendatang sehingga rombongan Menwa Ugraçena bersama Monumen Perjuangan Bangsal, Korps Menwa Indonesia Provinsi Bali, Media Pers Online Atnews, dan Racana Udayana Mahendradatta berkunjung ke Pura Penegil Dharma untuk memberikan sedikit punia.
Punia tersebut diserahkan oleh Komandan Menwa Ugraçena Yon A-901/Mayurajana Universitas Udayana, Mumtazah Mardliyah didampingi Komandan Yon B-920/Jayastambha Universitas Pendidikan Ganesha, Gede Ari Wahyudi kepada pihak pura yang saat itu diwakili oleh Jero Mangku Nyoman Gede Sara dan Jero Mangku Artawan.
Kegiatan sosial ini diawali dengan persembahyangan bersama yang dipimpin oleh Jero Mangku Rusena yang merupakan Komandan Korps Bela Negara Ugraçena Kab. Buleleng. Setelah itu dilanjutkan dengan penanaman bunga Soka, Sandat, dan Siulan yang saat itu bertepatan dengan Hari Puspa dan Satwa Nasional. (5/11)
Di Pura Puseh Panegil Dharma dibangun lima pura yaitu Pura Pucaking Giri (selatan), Pura Patih Patengen Agung (utara), Pura Kertapura yang berfungsi sebagai pesamuan para raja dan patih di Narasinga Nagara (tengah), Pura Taman Sari Mutering Jagat Istana Dharmadyaksa (timur) dan Pura Kerta Negara Mas sebagai istana raja.
Jero Mangku Nyoman Gede Sara menjelaskan pada Pura Pucaking Giri berstana Bhatara Prameswai Sri Hyang Ning Hyang Adi Dewa Lencana. Pada Mandala utama berstana Ida Ratu
Ngurah Aji Sapalinggih. Pada Mandala Madia ada tiga pelinggih
yang paling selatan berstana Ida Ratu Ayu Mas Mekolem, tengah pada
Piasan Murdha Manik berstana Ratu Agung Kerta Pura dan Ratu Ayu Manic
Gemulung. Pada Mandala Jaba sebelah timur berstana Ratu Ayu Mutering Jagat. Pada Mandala Jaba sebelah barat berstanaRatu Gede Patih Petengen Agung. Pada bagian Utara sebelah utara jalan dekat pantai berstana Ratu Ayu Mas Megerong serta dibawah sisikanan Candi Paduraksa berstana Ratu Gede Patih Sapa Jagat dan disebelah barat berstana Ratu Gede Bulian Sakti.
Sementara itu, Jero Mangku Artawan mengatakan pura ini berada di lahan seluas sekitar 1,5 hektar. Piodalan di pura ini berlangsung setiap enam bulan, yaitu saat Buda Manis Julungwangi.
Nampak hadir dalam rombongan ini Ketua Pelaksana Monumen Perjuangan Bangsal yang juga Pemred Atnews, Bagus Ngurah Rai; Ketua Korps Menwa Indonesia (KMI) Badung, I Putu Krisna Adigunartha; Ketua Racana Udayana Mahendradatta, Putu Dharma Putra Adnyana. (WM)