Pandemi Covid-19 merubah aneka rupa acara kampus, termasuk dalam penganugerahan ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi tingkat Universitas Udayana (Unud) dan ketiga ajang lainnya yang dilaksanakan secara daring guna menekan penyebaran virus corona yang kian merajarela.

Penganugerahan pada ajang Pilmapres, Debat Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris serta Kompetisi Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (KN-MIPA) tingkat Unud bertabur suasana baru. Meskipun penganugerahan secara langsung terlaksana di Gedung Agrokomplek Kampus Unud Sudirman (12/06/) lalu, namun tak seluruh peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa Unud dapat menghadirinya secara langsung di lokasi. Pandemi covid-19 membuat mereka hanya dapat menanti dengan penuh harap di kediaman masing-masing. Hanya beberapa undangan, khususnya penyelenggara dari keempat acara tersebut yakni pihak kampus sendiri dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan covid-19 hadir secara langsung.

Menyaksikan dari rumah saja bukan berarti mengurangi rasa deg-degan para peserta. Salah satunya diungkapkan Ayu Bintang Rena Sanjiwani Budhiarta sebagai peraih Juara I dalam Debat Bahasa Inggris sekaligus menjadi Peringkat I pada kategori Best Speaker Debat Bahasa Inggris. Dirinya mengungkapkan bahwa adanya pandemi ini membuatnya merasa digantung. Sebab lomba debat ini diadakan pada bulan Maret lalu saat belum menerapkan Work from Home (WFH) dan Study from Home (SFH). “Waktu itu dibilang, pengumumannya akan dilaksanakan satu minggu setelah lomba tersebut, tapi ternyata setelah seminggu itu sudah ada kebijakan WFH, sehingga ada momen saat kita di-‘gantung’ dan nggak tahu siapa juara dari perlombaan tersebut,” kenang Ayu Bintang.

Saling terhubung dengan aplikasi Webex Meet, para peserta mencermati tiap nama yang disebutkan oleh presenter. Penganugerahan yang dimulai pukul 10.00 WITA ini pun turut disiarkan secara langsung melalui akun Youtube Udayana TV dan akun Facebook Universitas Udayana. Sebanyak 12 dari 80 peserta berhasil meraih penghargaan dalam Debat Bahasa Indonesia dan 18 dari 60 peserta sebagai peraih penghargaan pada Debat Bahasa Inggris. Tingkat partisipasi kompetisi tahun ini tak jauh berbeda dari tahun sebelumnya. Hanya saja pada pada ajang KN-MIPA, jumlah peserta bertambah 5 orang sehingga total peserta sebanyak 355 orang dengan 24 orang peserta berhasil menyabet penghargaan.

Pada ajang Pilmapres, para peserta yang berasal dari perwakilan fakultas, untuk program Strata 1 (S1) juara pertama berhasil disabet oleh I Dewa Made Oka Dharmawan dari Fakultas Teknik, sedangkan I Wayan Windi Artha dari Fakultas Kedokteran berhasil meraih juara ketiga, dan I Putu Yudi Artha Wijayakusuma yang mewakili Fakultas Pertanian harus puas dengan menduduki peringkat ketiga. Adapun untuk program Diploma, juara pertama berhasil diraih oleh Tjokorda Istri Margaretha Novita Dewi mahasiswi D3 Perpajakan dan peringkat kedua diraih oleh Roberto Charles mahasiswa D4 Pariwisata.

Kala presenter mengucap namanya sebagai juara pertama dalam ajang Pilmapres kategori S1, I Dewa Made Oka Dharmawan mulanya tak menyangka dan bersyukur atas keberhasilannya itu. Untuk meraih juara pertama, Oka menuturkan ada usaha yang kuat dibaliknya. Usaha itu diungkapkan Oka bahwa dalam kondisi pandemi covid-19 dirinya harus rajin dan bersemangat dalam melaksanakan asistensi dengan pembimbing maupun para ahli pada bidang risetnya yang bertajuk PELITA “Pembangkit Listrik Rumah Tangga” Berbasis Micro Biogas Turbine Menuju Indonesia Mandiri Energi dan Bebas Sampah. Selama berproses, Oka mengaku cukup sulit mengatur waktu lantaran informasi yang disampaikan panitia cenderung mendadak. “Paling tidak, satu bulan sebelumnya sudah harus diinformasikan agar setiap peserta bisa lebih siap menghadapinya. Karena faktanya, masih ada beban lain seperti kuliah, organisasi, mapun tugas akhir yang juga harus dikerjakan tanpa mengesampingkan seleksi Pilmapres ini,” jelasnya.

Proses seleksi Pilmapres sendiri dilakukan secara bertahap mulai dari tingkat prodi yang berlangsung pada bulan Januari. Berlanjut di tingkat fakultas pada bulan Februari, dan pada Juni baru dapat terlaksana seleksi tingkat universitas dikarenakan adanya pandemi. Sedangkan proses yang dilalui oleh Ayu Bintang Rena Sanjiwani Budhiarta dalam kompetisi debat yang diikuti juga amat terasa suka dukanya, yakni dapat menambah relasi dan harus pandai mengatur waktu. “Berusaha banget untuk menyeimbangkan antara akademik dan kesenangan kita dalam English Debating ini, tapi seru! Kita jadi dekat sama anak-anak dari fakultas lain yang juga anak-anak debat karena kita sering sparing (bertanding) bareng, latihan persahabatan gitu.” ungkap mahasiswi dari Fakultas Kedokteran itu.

Perjuangan para juara dalam empat kompetisi tersebut tidak berakhir sampai disana. Seleksi untuk tahap selanjutnya menuju tingkat regional dan nasional pun harus dilalui, dimana sudah mulai melakukan persiapan seperti yang dilakukan oleh Oka Dharmawan yang tengah mempersiapkan berkas untuk pendaftaran Kontingen Unud yang akan difinalisasi pada 15 Juni 2020 untuk dikirimkan ke tingkat nasional. Setelah proses pemberkasan, akan dilanjutkan dengan persiapan bersama pembimbing yang ditunjuk oleh pihak universitas. Secara umum, dari pelaksanaan seleksi hingga pengumuman penganugerahaan sudah berjalan dengan lancar tanpa kendala yang berarti bagi peserta, meskipun berlangsung di tengah pandemi. Kedepannya, Oka berharap informasi mengenai Pilmapres tak hanya dibagikan oleh pihak kampus saja, Oka menilai organisasi mahasiswa (ormawa) juga berhak untuk memberi informasi terkait hal ini. “Adanya keterbukaan informasi tidak hanya dari institusi akademis, tapi juga ormawa untuk berperan aktif memberi informasi perlombaan. Karena tidak ada orang yang bodoh, yang ada hanya belum menemukan dimana dia hebat. Untuk seluruh rekan-rekan, jangan pernah berhenti menguji diri sendiri dengan parameter yang berubah-ubah.”

Pengumuman penganugerahan yang dilakukan via daring juga masih dimaklumi dan dipahami oleh beberapa peserta, mengingat hal tersebut dilakukan demi kebaikan bersama agar tidak menimbulkan risiko bagi kesehatan. Selain itu, penganugerahaan daring ditengah pandemi Covid-19 diakui tidak kalah berkesan dibandingkan dengan yang digelar secara langsung karena ada kesan dan keunikan tersendiri. Serta yang terpenting adalah nantinya penganugerahan daring ini bisa menjadi bekal cerita untuk dibagikan kepada anak cucu kelak.

 

(Penulis: Peni/Tim Akademika)

Editor: Yuko Utami