Jejak - Jejak Berdirinya Mapala “Wanaprastha Dharma”
Universitas Udayana

LATAR BELAKANG
Mahasiswa Pecinta Alam “Wanaprastha Dharma” yang terbentuk di lingkungan Universitas Udayana merupakan kristalisasi idealisme mahasiswa yang pada waktu itu dituntut untuk keluar dari kondisi yang membelenggu kreatifitas dan aktifitasnya.
 Pada tahun 1976, dimana iklim kehidupan kemahasiswaan diliputi oleh ketidakpastian, mengingat pada masa itu eksistensi Dewan Mahasiswa (DM) dan Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) mulai menyurut akibat maraknya demonstrasi-demonstrasi mahasiswa yang menuntut kehidupan kampus yang lebih demokratis dan keterlibatanya pada politik praktis.
Atmosfir kepecintaalaman mulai dibentuk oleh beberapa mahasiswa Fakultas Teknik yang juga merupakan alumni SMA I Denpasar. Dari kebiasaan-kebiasaan mereka mengisi waktu libur dengan melakukan pendakian gunung, didukung pula oleh kondisi perkuliahan di fakultas Teknik yang belum baik, menyulut gagasan untuk membentuk Grup Pecinta Alam di lingkungan Fakultas Teknik.
 Bermula dari ruang Senat Mahasiswa Fakultas Teknik, dimotori oleh 3 (tiga) orang dari jurusan Arsitektur dan Sipil, yakni R. Mohamad Ali (Ali Topan), I.G.P. Anindya Putera (Mas Bambang) dan Wayan Ardana, menghimpun rekan-rekannya melakukan pendakian ke Gunung Batur dan Gunung Abang. Sepulangdari pendakian tersebut terkumpul calon anggota kurang lebih 20 orang. Kelompok ini kemudian menamakan diri Group Pendaki Gunung Fakultas Teknik Univ. Udayana, yang kemudian pada rapat formal pertamanya mulai mengarah pada bentuk organisasi yang lebih resmi agar dapat menjadi bagian dari Senat Mahasiwa Fak. Teknik, namun belum mendapat kesepakatan tentang nama organisasi. Kemudian atas saran Sdr. Wayan Gomudha (mahasiswa senior jurusan Arsitektur) yang kebetulan mampir mengusulkan nama Wana Prastha Dharma dengan argumentasi makna yang terkandung didalamnya. Dengan demikian masuklah organisasi ini menjadi bagian dari senat Mahaiswa Fak. Teknik dengan I Gst. Pt. Anindya Putera menjadi koordinator pertamanya. Tahun 1978 digantikan oleh Ida Bagus Yadnya sementara Mas Bambang menjadi ketua Bidang Olahraga dan Kesenian SMFT.
 Situasi kampus pada era 70-an tersebut merupakan saat-saat yang tidak menentu karena adanya keputusan Mendikbud (P & K saat itu) untuk memberlakukan kebijakan yang populer dengan istilah Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK) dengan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK). Namun kondisi tersebut tidak berpengaruh pada aktifitas anggota Wana Prastha Dharma.
 Ada 3 (tiga) kegiatan utama yang dicanangkan yaitu pendakian gunung dan wisata alam, kegiatan penelitian dan aksi lingkungan hidup. Kegiatan daki gunung dan wisata alam tidak saja dilakukan di Bali tapi juga di luar seperti Gn. Semeru dan Gn. Rinjani. Penelitian dilaksanakan di Tenganan (karangasem tentang arsitektur dan lingkungan), Kampung Naga, Jawa Barat (arsitektur, lingkungan dan tata kehidupan masyarakat) dan Kampung Buntoi, Kalimantan Tengah (Arsitektur, ragam hias dan lingkungan).
Disamping itu atas kebaikan Pangdam XVI Udayana (kini KODAM IX Udayana) 4 anggotanya mendapat kesempatan mengikuti latihan kemiliteran di Dodiklat, Kediri, Tabanan, yakti Ali Topan, Anindya Putera, Astien Suparta dan Wayan Ardana.
 Pada Bulan Desember 1980, Universitas Udayana mendapat undangan mengikuti kegiatan Mahasiswa tingkat Nasional yang disebut Kemah Kerja Mahasiswa (KKM) yang diselenggarakan di Kaliurang, Yogyakarta dengan materi meliputi Lomba Orientering, perkemahan, bakti masyarakat, ceramah dan lainnya. Mengingat Unud saat itu tidak memiliki Mapala untuk mewakili, maka PR III yang kala itu dijabat Bapak I Wayan Beni, SH. Memanggil sdr. Anindya Putera (Ketua SMFT saat itu) untuk mempersiapkan tim yang akan dikirim pada kegiatan KKM. Melalui beberapa kali pertemuan disepakati menyusun tim yang terdiri dari Dyah Paramita dan Made Maliawan dari Fak. Kedokteran, Wayan Ardana dan Rangga Mahapathy dari Fak. Teknik serta 2 orang dari Fak. Hukum (nama tidak diingat oleh Mas Bambang), dan dr. I.B. Wirakusuma sebagai pembimbingnya. Untuk persiapan mengikuti lomba orientering, latihan dilakukan di kawasan Bedugul selama 1 (satu) minggu dengan pelatih dari Brimob Polda NUSRA (kini Polda Bali). Hasil yang dicapai tim Unud mendapatkan juara I pada lomba orientering dan juara II lomba perkemahan. Hasil ini kemudian mendorong PR III utuk melanjutkan kegiatan kepecintaalaman di Univ. Udayana secara lebih terarah. Untuk itu kembali Sdr. Anindya Putera dipanggil untuk mengkoordinir pembentukan organisasi kepecintaalaman di Univ. Udayana.
 Terbentuknya Mapala “Wanaprastha Dharma”
 Dengan berbekal mandat dari PR III, maka diadakanlah pertemuan maraton selama rentang Januari - Maret 1981 antar ketua-ketua Senat Mahasiswa dan Ketua Badan Perwakilan Mahasiswa seluruh Fakultas di Lingkungan Univ. Udayana. Pembahasan yang cukup alot dan berkepanjangan tentu saja terjadi mengingat tidak semua ketua SM dan BPM memiliki misi dan visi tentang dunia kepecintaalaman. Hanya segelintir orang yang akhirnya muncul sebagai pioner-pioner barisan awal seperti Astien Suparta, Ardana dan Rangga M dari FT, Made Redi Yuliarmawan (FE), Ketut Mendra (FK) dan Komang Paramartha (FS). Pertemuan itu menyepakati pembentuan tim formatur atau pengurus yang terdiri dari Anindya Putera (FT), Ardana (FT), Ketut Mendra (FK), Md. Redi Yuliarmawan (FK). Nama Ali Topan tidak muncul lagi berhubung yang bersangkutan hampir menyelesaikan studinya sehingga tidak dapat aktif lagi. Tugas tim formatur tersebut adalah menyusun bentuk nit Kegiatan Kepecintalaman yaitu Mapala serta memilih ketua umumnya serta tentunya program apa yang akan segera digelar. Mengingat Sdr. Anindya P. adalah merupakan pendiri Mapala FT sehingga secara aklamasi ditunjuk sebagai ketua Mapala Unud yang pertama.
Akhirnya secara resmi Unit Kegiatan Mapala “Wanaprastha Dharma” Universiat Udayana (‘Wana’ dan ‘Prastha’ menjadi satu kata) dengan Surat Keputusan Badan Koordinasi Kemahasiswaan (BKK) Nomor : 536.BKK/IV/1981 tertanggal 21 April 1981 dengan kepengurusan yang dikomandani oleh I Gst. P. Anindya Putera didampingi Made Redi Yuliarmawan sebagai sekretaris, bendahara Setiawati serta Pembina dr. Ketut Widana (WD-8101001), dr. IB. Wirakusuma (WD-8101002) dan dr. IB. Tjakra W.M. (WD-8101003).

Dari perjalanan sejarah berdirinya “Wanaprastha Dharma”, ada beberapa hal yang ingin ditekankan oleh pendiri-pendirinya :
1. Bahwa perkembangan kepecintaalaman di Bali bermula dari sini (WD-red) sehingga merupakan tanggung jawab moral bagi segenap warga “Wanaprastha Dharma” untuk tetap meningkatkan bahkan mengembangkan kegiatan kepecintaalaman.
2. Selalu mawas diri dan mengembangkan kemampuan untuk dapat mengantisipasi anasir-anasir para petualang yang ingin mengaburkan dan bahkan menggeser ideologi dan falsafah yang telah ditetapkan.
3. Selalu ingat motto Mapala “Wanaprastha Dharma” Univ Udayana .
Apa yang menarik dari perjalanan sejarah “Wanaprastha Dharma”. Bahwa ada dua titik kulminasi yang terangkai yaitu Kemah Kerja Mahasiswa dan Mandat PR III Univ. Udayana. KKM menjadi titik Puncak pertama dari periode dunia kepecintaalaman pada dekade 70-an di kampus Palma. Dimana titik tersebut ditandai dengan catatan prestasi pada Lomba Orientering yaitu sebagai juara I. adalah hal yang membanggakan ditengah segala keterbatasan mengiringi perjuangan menjadi yang terbaik.
Titik kedua menjadi lanjutan dari rangkaian puncak tadi adalah “Mandat PR III” untuk membentuk organisasi kepecintaalaman di Universitas Udayana, tidak hanya pada lingkup Fakultas, sehingga harapanya aktifitas kepecintaalaman di UNUD menjadi lebih terorganisir dan terarah.
 Lahirnya si jabang bayi melibatkan fakultas-fakultas di lingkungan Universitas Udayana lewat SM dan BPM-nya. Sosok WD begitu istimewa tampaknya, sampai-sampai semuanya dibuat sibuk. Lalu kemudian WD belajar merangkak, berdiri, dan berjalam sendiri. Melewati tahun demi tahun hingga menginjak usia 30 tahun, diguncang badai, melewati berbagii cobaan dan rintangan.
 Menjadi tanggung jawab kita bersama kini, keluarga besar Mapala “Wanaprastha Dharma” mengiringi perjalanan, mengayunkan langkah bersama, mengukir satu demi satu prestasi hingga kita persembahkan sebagai mahkota kebanggaan.
***