Ibarat kertas kosong (Tabula Rasa), program kerja terbaru Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana, Jelajah Jurnalistik, siap diisi dengan berbagai karya konvergensi media seputar isu kebencanaan yang berfokus pada wilayah Karangasem, Bali. Sebanyak 18 berita, empat infografis, tiga video, dan satu buku diharapkan menjadi luaran selama dua minggu menjelajahi Karangasem.



Rapat – Para panitia berkumpul untuk saling adu gagasan terkait tema besar acara Jelajah Jurnalistik 2021.

Cahaya terang proyektor masih menyala di ruangan sekretariat Pers Akademika Universitas Udayana malam itu, Jumat (11/6). Hingga pukul 22.00 WITA, sekitar 10 orang panitia masih saling adu gagasan terkait tema besar acara Jelajah Jurnalistik 2021. Dari 20 usulan tema, satu diantaranya kemudian terpilih; Menjelajahi Timur Bali, Mengevaluasi Diri. “Yak ini dia tema Jelajah Jurnalistik!” celetuk Iyan Merta selaku ketua panitia Jelajah Jurnalistik 2021. Ia kemudian mengetuk sebuah bambu kecil di tangan kanannya yang dibarengi dengan wajah riang para panitia lainnya sembari bertepuk tangan. Begitulah sepotong bagian persiapan panitia dalam mewujudkan Jelajah Jurnalistik yang telah dilakukan sejak awal bulan Maret 2021 itu.



Persiapan - Para panitia berkumpul untuk membicarakan tiga fokus kegiatan yang akan dilakukan dalam Jelajah Jurnalistik.

“Kita mulai dari sekitar awal maret sampai awal april proses dari menentukan inti kegiatan seperti apa. Karena ini kan program baru lah yang dilakukan pers akademika. Setelah rembuk, ada tiga fokus kegiatan yaitu konvergensi media, pengabdian masyarakat, dan penguatan internal,” terang Iyan saat diwawancarai pada Jumat (11/6). Adapun kegiatan konvergensi media ialah upaya pengintegrasian media-media untuk suatu arah tujuan tertentu. Lebih lanjut, konvergensi media dalam Jelajah Jurnalistik melibatkan beberapa divisi yang ada dalam Pers Akademika, yakni divisi redaksi online, redaksi cetak, editor, dan riset. Konvergensi media yang akan memiliki luaran, berita, video, infografis, dan buku tersebut mengusung isu kebencanaan di wilayah Kabupaten Karangasem, Bali.



Survey Lokasi - Beberapa panitia yang akan terjun ke lapangan mencoba menilik kondisi yang akan dituju, yakni Karangasem.

Meski demikian, tidak menutup kontribusi berbagai konten serupa yang didapatkan dari seluruh anggota Pers Akademika yang kini tersebar akibat pandemi Covid-19. “Isu kebencanaan paling relevan jika kita tarik benang merahnya ke belakang, seperti adanya pandemi hingga erupsi gunung berapi. Bali lekat dengan hal tersebut, terutama Bali bagian timur,” tambah Iyan. Lebih lanjut, ia memaparkan, meski diterpa bencana letusan Gunung Agung pada 1963, erupsi pada 2017-2018, hingga adanya pandemi, justru Karangasem memiliki banyak potensi daerah. “Kami menilik bagaimana kondisi pra, saat, dan pasca bencana di Karangasem untuk kemudian dijadikan evaluasi bagi Bali dalam manajemen risiko kebencanaan,” terangnya.

Di sisi lain, Jelajah Jurnalistik tercetus berawal dari keresahan akan kurang optimalnya peran Pers Akademika sebagai lembaga pers. “Karena Akdemika selama 2 tahun itu belum memenuhi perannya sebagai pers mahasiswa. Sekarang bagaimana caranya agar para anggota pers akademika dapat mengaktualisasikan diri sebagai pers mahasiswa lagi. Dari sana terbesit ide untuk konvergensi media,” ungkap I Wayan Bagus Perana Sanjaya, selaku Pemimpin Umum Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana. Salah satu kegiatan Jelajah Jurnalistik yang berupa konvergensi media tersebut baginya dapat mempersatukan seluruh sumber daya di Pers Akademika untuk mewujudkan karya terpadu.



Observasi - Untuk mendapatkan informasi yang tepat, tim konvergensi media pun melakukan observasi ke salah satu desa di Karangasem.

Tidak sedikit tantangan dan hambatan yang harus dilalui untuk mewujudkan program kerja terbaru Pers Akademika ini. “Karena hal ini merupakan hal baru dan belum tahu konvergensi media serta kita juga isu yang kita angkat pun lumayan. Kita ibarat ekspedisi kemudian tracking langsung ke lapangan, turun langsung ke daerah-daerah yang kita tuju itu menjadi tantangan yang luar biasa,” papar Iyan. Misalnya, bagi Iyan, seringkali penelurusan yang dilakukan di internet cukup berbeda dengan lapangan, terlebih terdapat desa-desa yang sangat sedikit memiliki literatur. Alhasil, sedikitnya informasi seringkali justru membuat kebingungan di tengah observasi yang dilakukan panitia. “Banyak momen kita bingung ke desa. Misalnya, seperti saat ke Desa Bhuana Giri. Kita sempat hanya observasi yang tidak banyak mendapatkan informasi, jadinya seperti orang kebingungan dan dilihatin warga desa,” kenangnya seraya tertawa.

Di tengah serba kebaruan yang dijalankan panitia Jelajah Jurnalistik, Iyan beharap Jelajah Jurnalistik mempu memenuhi segala target capaian luaran. “Selain itu, luarannya pasti juga adalah kebanggaan karena mampu menghasilkan karya-karya terpadu dalam konvergensi media.” Ucapnya. Adapun jelajah Karangasem dimulai sejak Senin, 14 Juni hingga 29 Juni 2021. Kemudian berlanjut dengan puncak acara Jelajah Jurnalistik berupa launching karya dan penguatan internal yang dilaksanakan pada tanggal 2, 3, 4 Juli 2021. “Khusus untuk Jelajah Jurnalistik, aku harap Jelajah Jurnalistik ini memenuhi apa yang kita harapkan. Artinya, memenuhi keinginan kita pribadi, memenuhi potensi yang bisa kita lakukan, serta memenuhi visi awal, menyatukan media yang ada di akademika.” Tutup Bagus.

Penulis : Galuh

Penyunting : Fajar