Sangat sederhana, begitulah kesan pertama yang dapat dilihat dari upacara Nyakan Diwang. Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Banjar Kabupaten Buleleng ini merupakan api pertama sehari setelah pelaksanaan Nyepi. Arti Nyakan Diwang itu sendiri adalah masak di jalan. Nantinya, masyarakat yang berpartisipasi dalam acara ini akan beramai-ramai menanak nasi di pinggir jalan atau di luar rumah. Meskipun sudah berlangsung sejak ratusan tahun, namun tradisi ini kurang dikenal oleh masyarakat karena kurangnya eksplorasi dan publikasi. Untuk membuka upacara ini, biasanya masyarakat memulainya dengan menanak nasi di luar atau di pinggir rumah menggunakan kayu bakar. Ketika ada anggota keluarga yang menanak nasi, anggota keluarga lainnya akan ikut serta menemani. Mereka akan membentangkan tikar dan duduk sambil meminum kopi hitam. Dalam pelaksanaannya, tradisi Nyakan Diwang dimulai pada pukul 03.00 pagi. Sembari menunggu nasi matang, biasanya,  pada pukul 04.00 pagi tetangga akan saling mengunjungi dan menyapa satu sama lainnya.

Mengingat betapa pentingnya makna daripada tradisi ini, keterlibatan anak-anak remaja sangat diharapkan oleh para orang tua di daerah ini. Terutama partisipasinya di dalam mencari bahan-bahan seperti batu bata, kayu api, dan bahan lain untuk sarana memasak. Secara tidak langsung, kehangatan dan kegembiraan tradisi ini membuat tali silaturahmi antar warga maupun keluarga terjalin dengan erat. Walaupun pelaksanaan upacara ini atas dasar kesadaran keluarga dan tidak akan dikenakan sanksi bagi mereka  yang tidak menjalankannya, namun masyarakat di daerah ini selalu rutin melaksanakan upacara ini dengan kompak atas kesadaran masing-masing. Sebab mereka yakin, jika mereka tidak melaksanakan Nyakan Diwang, mereka akan merasakan kecemasan. Dari hal itu, bisa dikatakan bahwa motivasi, semangat gotong royong, dan kerja sama dari masing-masing anggota keluarga untuk kepentingan bersama amatlah menonjol. Di sisi lain, perlu disadari pula bahwa nilai-nilai yang ditanamkan di dalam tradisi Nyakan Diwang pada masyarakat ini juga sangat penting bagi generasi muda agar turut mempertahankan kelestarian budaya luhur bangsa yang berharga ini. (Merisant Ayu/Akademika)